Belajar
dari Pemilihan Presiden (Pilpres) yang terakhir, pengolahan isu menjadi sebuah
aspek penting dalam setiap pemilihan yang melibatkan partisipasi masyarakat
umum. Masih segar dalam ingatan bagaimana tim Jokowi-JK mampu mengolah sebuah
isu yang kemudian menjadi sebuah tagline
untuk mengalahkan pesaing mereka dalam pilpres yang lalu, Prabowo-Hatta Rajasa.
Jika
Jokowi-JK punya isu Hak Azazi Manusia dalam menyudutkan Prabowo, maka di
Pemilihan Gubernur (pilgub) Sumatera Barat kali ini, pasangan IP-NA melalui
loyalis dan simpatisannya mengemas sebuah isu mengenai kristenisasi atau lebih
mereka sebut dengan salibis terhadap pasangan Muslim Kasim-Fauzi Bahar. Satu sisi
saya merasa salut dengan loyalis dan simpatisan IP-NA yang batuah ka nan manang pada pilpres yang lalu, namun di sisi lain
saya melihat ini sebagai sebuah langkah panik yang diambil oleh loyalis dan
simpatisan calon pasangan yang diusung oleh PKS dan Gerindra ini.
Kenapa
dikatakan panik ? Loyalis dan simpatisan dari pasangan IP-NA seolah-olah
kehabisan bahan dan membuat sebuah rekayasa berita dari sebuah foto kejadian,
hal ini lazimnya dilakukan pasangan calon yang tengah tertinggal dalam
elektabilitas dan popularitas, tapi benarkah IP-NA dalam keadaan tertinggal ? Penyebaran
isu keagamaan seperti disebutkan di atas, secara etika politik tentu tidak
tepat untuk dilakukan, namun di zaman politik seperti hari ini ada di urutan
berapa unsur etika ? Kepanikan ini semakin terlihat ketika isu ini dikemas
terlalu dini, isu ini bisa menjadi bumerang telak bagi IP-NA jika tim MK-Fauzi
mampu membuat sebuah pembantahan berdasarkan fakta dan realita yang kemudian
disebarluaskan melalui media sosial secara masif. Jika tindakan itu dilakukan,
Tim MK-Fauzi dapat memutarbalikan kondisi yang tadi dalam keadaan diserang
menjadi keadaan menyerang. Persis seperti kejadian “Kuda Tuli” yang dialami
PDI-P.
Biasanya
PKS lebih sering menggunakan isu “penzhaliman” terhadap dirinya, seperti yang
kerap diteriakan oleh petinggi PKS saat meledaknya kasus LHI, Ahmad Fathanah
dan terakhir Gatot Pujo Nugroho. Namun kali ini PKS nampaknya harus melakukan
sesuatu yang lebih dari gaya lama yang kerap mereka mainkan. Kali ini dengan
isu salibis dan kristenisasi, Tim MK-Fauzi bisa menjadikan mereka dalam posisi
yang biasa ditempati oleh PKS yaitu sebagai pihak yang dizhalimi secara real,
tergantung kepada kemampuan Tim MK-Fauzi itu sendiri dalam mengolah isu panas
yang digelindingkan kepada mereka.
Saya
teringat Prabowo, isu HAMnya tidak pernah sampai ke pengadilan dan juga tidak
pernah sampai ke Den Haag untuk diadili dalam kejahatan perang. Tapi isu itu
sudah cukup telak untuk mengalahkannya dalam pilpres, dan memang Jokowi tidak
butuh pengadilan HAM untuk Prabowo, Jokowi-JK hanya perlu memenangkan Pilpres.
Sama halnya dengan IP-NA sekarang, mereka tidak akan peduli berapa banyak orang
yang akan murtad dengan isu salibis yang dihembuskan ataupun potensi perpecahan
antar umat beragama akibat isu yang dimunculkan. kepentingan mereka hanyalah
memenangkan pilgub dan berkuasa untuk kedua kalinya.
Sisi
lain yang menarik menurut saya adalah, bahwa Fauzi Bahar adalah sosok yang
paling sering dijadikan sasaran tembak dibanding calon Gubernurnya sendiri,
Muslim Kasim. Biasanya yang akan menjadi sasaran tembak saingan politik adalah sosok
yang menjadi figur utama alias orang nomor 1, bukan wakilnya. Hal ini
membuktikan bahwa IP-NA menganggap Fauzi Bahar adalah pihak yang harus diincar,
sekaligus membuktikan bahwa Fauzi Bahar mulai menjadi sosok yang begitu
dicemaskan oleh IP-NA. Popularitas Fauzi Bahar dengan semua kontroversinya dan
komitmennya telah menjadi nilai jual yang tinggi sehingga menjadi sebuah
kekhawatiran tersendiri oleh IP-NA. Sementara terhadap figur Muslim Kasim
sendiri, jauh dari sasaran atau target isu.
Belajar
dari pilpres yang lalu, maka pengolahan isu akan menjadi sangat krusial, dan
memang akan selalu krusial. Isu yang dilemparkan mampu merubah pandangan
orang-orang dengan drastis. Banyak yang mengatakan pemilih di Sumatera Barat
sudah cerdas, saya bisa menerima dan memaklumi itu sebagai sebuah harapan, dan
jika berkaca kepada Pilpres yang lalu, terbukti bahwa masyarakat Sumatera Barat
memang tidak mudah termakan isu, buktinya Prabowo menang telak di ranah minang.
Soal Pilgub, kita lihat jawaban dari KPU. Wassalam...
Sayang tak ada serang balik dari MK FB, padahal cukup jitu.
BalasHapusmungkin masih tetap dengan gaya politik Fauzi Bahar yang menolak cara-cara seperti itu Pak Fahcrul Rasyid...
Hapus