Sabtu, 20 Oktober 2018

PNS, KOMPETENSI DAN KOMPETISI



Jauah bajalan banyak nan batampuah. Sebuah ungkapan bahasa Minang ini tentu mengandung banyak makna. Makna yang cukup dalam. Dan sudah menjadi kebiasaan bagi orang Minang untuk merantau, berjudi dengan nasib di negeri orang, berhati baja dalam mencari peluang, dan berupaya menggapai kesuksesan yang bisa dibawa pulang kampung minimal sekali dalam setahun. Perantauan membawa mereka memiliki sudut pandang yang lebih luas, opsi yang lebih banyak, pengetahuan yang lebih beragam dan kepribadian yang kuat.

Di dunia birokrasi yang diisi oleh jutaan PNS/ASN pun sama. Biasanya PNS yang sudah menempuh banyak kantor dan beragam posisi pun memiliki sudut pandang yang lebih luas. Lebih jauh lagi PNS yang pernah bekerja di berbagai daerah dan level pemerintahan yang berbeda pun akan memiliki “jam terbang” yang jelas lebih tinggi. Tergantung bagaimana mereka menyikapi jam terbang yang tinggi itu. Apakah banyak belajar, atau sekedar numpang lewat.

Tidak seperti perwira kepolisian atau militer, yang penempatan dinasnya se-Indonesia. PNS cenderung berdinas di daerah pengangkatan. Kalaupun nanti pindah ke daerah lain, lebih sering bukan karena panggilan tugas, namun lebih sering sebagai kepentingan pribadi. Hal ini menjadikan personil dari institusi lain bisa lebih kapabel dan lebih berkompeten dalam pelaksanaan tugas. Karena mereka sudah dipersiapkan untuk berkompetisi se-Indonesia Raya. Oleh karena itu pun mereka harus memiliki kompetensi yang jelas.

PNS yang berada di level pemerintahan propinsi, kabupaten atau kota biasanya tidak akan menghadapi kompetisi semacam ini. Oleh karena itu zona nyaman mereka sangat luas. Mereka hanya berkompetisi dalam sebuah liga kecil, dengan personil yang kemampuannya rata-rata bisa mereka petakan. Namun kemudian akan mendatangkan gelombang kejut ketika mereka kedatangan kompetitor di luar lingkungan lazim mereka. Hal ini bisa mendatangkan sisi positif dan negatif di saat yang bersamaan.

Sisi positif akan membuat mereka keluar dari zona nyamannya untuk mengikuti standar yang sedikit banyaknya pasti berubah. Namun banyak orang tentu tidak senang dengan keluar dari zona nyaman. Disaat mengambil apel, menjalani rutinitas harian dan pulang yang biasanya sudah cukup, kali ini tidak cukup lagi. Positif jika mereka terpacu. Negatif jika mereka memilih melakukan bad campaigne terhadap kolega lain. Pola pikir PNS dengan tipe terakhir akan cenderung memandang sebuah masalah sebagai sesuatu yang harus dieliminir. Tapi mereka lupa bahwa sebuah persoalan juga adalah sebuah sarana untuk “naik kelas”. Mereka kadang lupa kadang memecah tempurung yang meneduhkan ketika hujan juga akan membawa mereka mendapatkan cahaya matahari yang cerah.  

 Wassalam...

Kamis, 12 April 2018

Benarlah Mereka...







Terduduk, terdiam di segi empat ruangan
Melepas pikiran melewati batas-batas dinding yang ada
Melewati batas-batas kota
Melewati hal-hal yang ku punya

Terjaga di tengah pekat malam, masih di segi empat ruangan
Mengupayakan melewati hiruk-pikuk dunia
Berusaha untuk mengerti dalam diam
Berusaha untuk memaklumi dalam senyuman

Tersandar di sedikit reruntuhan
Mencoba sedikit untuk bangkit
Menggapai langit-langit yang semakin jauh
Namun seperti yang mereka katakan
“Kami bukan pembangun candi, kami hanya pengangkut batu”