March 20th, 2016
Yth. Anakku Umar
Seharusnya surat
ini Ayah tuliskan tepat di ulang tahunmu. Tapi Ayah baru sempat menuliskan ini
sekarang.
Umar, kau sudah
jauh lebih besar dibanding saat kau berenang di kolam plastik itu untuk pertama
kali. Kau sudah besar, sudah berbicara dengan lancar, bahkan kita sudah bisa
berdebat sekarang.
Umar, di usia mu
saat ini, kau sama sekali belum mengerti akan arti kehidupan dan arti sebuah
syukur. Ayah bukanlah sosok yang paling tepat untuk mengajarimu dua hal itu. Ayah
tidak cukup baik. Tapi tiba waktunya nanti, Ayah akan mengajakmu berkeliling,
atau melihat beberapa video, hanya untuk menunjukan bahwa bagi sebagian besar
orang, hidup terkadang tidaklah seadil yang mereka harapkan.
Umar, Ayah
dibesarkan dengan sangat berkecukupan. Kau pun dilahirkan dengan banyak
kenyamanan. Tidak semua orang mendapatkan kehidupan seperti itu. Kau perlu
melihat anak-anak seusiamu yang harus berurusan dengan mesin-mesin dan
kabel-kabel yang sama sekali tidak mereka mengerti. Kau harus melihat anak-anak
itu yang hidupnya untuk satu hari ke depan adalah sebuah mukjizat yang sedikit
demi sedikit dia kumpulkan. Akh... Kau masih terlalu kecil untuk mengerti. Tapi
suatu saat mengertilah. Tumbuhlah menjadi pribadi yang peka terhadap kesedihan
orang lain.
Umar, ada
sisi-sisi kehidupan yang begitu gelap dan menyedihkan. Ayah sama sekali tidak
berharap kau akan mengalami sisi itu, tapi ketahuilah bahwa itu ada. Ayah harap
kau akan menjadi orang yang mampu
berbuat banyak untuk mereka yang tidak dinaungi keberuntungan sepertimu.
Ayah telah melihat begitu banyak ketidakberuntungan dan kesedihan, seringkali
Ayah hanya bisa berdoa untuk mereka. Karena terkadang memang tidak banyak yang
bisa dilakukan.
Umar, Ayah adalah
orang yang sangat beruntung. Mungkin terlalu beruntung. Terkadang Ayah lupa,
bahwa dalam setiap hal positif yang kita miliki terdapat kewajiban yang harus
kita laksanakan. Ayah bukan sosok yang terlalu baik untuk kau jadikan panutan. Tapi
setidaknya Ayah akan berusaha untuk menjadi contoh yang baik untukmu.
Umar, beranjak
besar nanti, yakinilah ada sebuah harga yang harus kita tebus untuk setiap
kesalahan dalam hidup. Kau pun tidak akan lepas dari hukum alam itu, oleh
karena itu berusahalah untuk tidak membuat masalah terlalu banyak. Ayah tidak
tahu harus memintamu menjadi apa, tapi yang terpenting jadilah Umar yang baik.
Ayah akan pulang
larut malam, semoga besok kita sempat untuk bermain bola. Lain kali kita akan bercerita tentang
kehidupan lagi. Selamat bertambah besar Umar.
|
Peluk erat,
Ayah
|