Dari
beberapa hari yang lalu, saya menunggu manuver apa yang akan terjadi dalam
perpolitikan di Sumatera Barat menjelang hari H 9 Desember 2015 ini. Pada hari
itu, semua perjuangan dari pasangan Calon Gubernur akan menemui final destinationnya dalam konteks
Pilgub.
Tidak
butuh waktu yang terlalu lama, BOOM !!!
Saya temukan manuver politik itu ! Fauzi Bahar diisukan lebih pro kristen. Ya...
saya ndak tahu juga siapa yang buat isu dan mempublikasikan itu, tapi saya juga
ndak terlalu heran sih... Secara saya bukan kemarin sore kok mendampingi Fauzi.
Mungkin sudah ratusan kali saya melihat ataupun mendengar isu krsitenisasi ini.
Saya sudah pernah tulis di tulisan sebelumnya bahwa saya minta Fauzi untuk menghafal
beberapa ayat yang agak-agak panjang, supaya bisa dianggap ulama juga, jadi
begitu ada fitnah dengan jual ayat, kita bisa beli ayatnya Pak ! Eh... dasar
setengah politisi setengah perwira, dia ogah
!
Saya
berandai-andai, jika Fauzi yang mencetuskan penghapusan judi dan togel,
mencetuskan Pesantren Ramadhan, mencetuskan zakat PNS, mencetuskan penghafalan
Asmaul Husna, mencetuskan penghafalan Juz Amma dianggap melakukan kristenisasi,
lalu pemimpin yang justru tidak melakukan atau tidak merumuskan satu kebijakan
pun dalam hal syiar Islam dianggap apa ? Sudah kristen beneran dong !?
Karena
saya mahasiswa ilmu politik, maka kali ini saya akan membahas perilaku dan cara
berpolitik itu sendiri. Menjadikan isu agama dan SARA sebagai isu dalam
politik, dan merancang sebuah fitnah atas nama agama itu bukanlah cara yang
elegan dalam berpolitik. Kenapa anda tidak pernah belajar dari kegagalan anda ?
Anda mungkin dipandang gagal dalam membangun karena terlalu repot menyusun
fitnah demi fitnah untuk ditujukan ke lawan politik anda, sehingga anda malah
gagal dalam merumuskan suatu penyusunan anggaran dan pelaksanaan pemerintahan. Lagipula
sesama muslim, sebaiknya kan berpegang kepada Al-Quran dan Hadist, itu pegangan
hidup lho ! Bukan hanya pegangan ketika berada dalam mesjid saja, tapi menjadi
pegangan hidup dimana pun kita berada, baik di rumah, di kantor bahkan di medan
perang. Masa kita yang terkenal sebagai muslim, ustadz dan ulama malah lebih Machiavellis dari orang Italia sendiri ?
Malu kita... Jangan sampai orang Italia sana belajar cara memfitnah alah
Machiavelli ke Sumatera Barat ini... Kan tidak lucu kalau mereka sampai studi
banding ke sini. Hehehe...
Dalam
bukunya Machiavelli mengatakan, ada pemimpin yang mendapatkan kedudukannya
melalui cara tipu daya. Orang Italia sendiri sekarang udah tidak pakai cara itu
lagi, masa mereka mau studi banding ke sini mengenai sejarah dan ilmu yang
mereka ciptakan ?
Jangan
sampai orang Islam menjadi murtad karena melihat kelakuan orang-orang yang
mereka anggap ustadz atau ulama, karena perilaku fitnah-memfitnah ini sudah
masuk ke tingkat menjijikan. Saya muslim, dan saya sangat jijik melihat
kelakuan-kelakuan yang penuh dengan kebusukan ini. Akhirnya orang yang tadinya
berencana akan menjadi muallaf, malah batal karena melihat muslim sendiri
menjadi murtad ketika melihat kelakuan orang-orang yang mengklaim dirinya
ustadz atau buya.
Nabi
Muhammad SAW sendiri ketika memerintah, tidak semua umatnya adalah muslim, tapi
beliau malah perintahkan bala tentaranya untuk menjaga rumah ibadah umat agama
lain ? Kenapa ? Karena Islam bukanlah agama yang berdasarkan kebencian, apalagi
berdasarkan fitnah. Kita bukan Ku Klux Klan. Islam agama damai dan penuh dengan
kejujuran.
Anda
benci ketika ISIS mengatasnamakan Islam untuk kebrutalan mereka, sebaiknya kita
juga berkaca, apakah kita ini sudah mencerminkan apa itu Islam ? Terutama bagi
mereka yang mengklaim dirinya ustadz.
Akan datang suatu masa dimana pendusta dipercaya, dan orang-orang jujur dinistakan.
Oh
iya, lain kali isunya yang lain kek, masa ini-ini terus, kurang menantang
secara politik dan terlalu hina secara agama. Wassalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar