Tadinya
saya berpikir kampanye akbar yang dilaksanakan oleh pasangan Calon Gubernur
Muslim Kasim-Fauzi Bahar (MK-Fauzi) akan kalah telak dari kampanye akbar yang dilaksanakan
oleh pasangan IP-NA. Ditambah lagi dengan melihat postingan-postingan awal yang
ditunjukan oleh simpatisan dan timses pasangan IP-NA di sosial media. Terakhir postingan
tersebut malah menjadi ajang debat dan ajang klaim dari simpatisan dan timses
kedua pasangan calon. Hehehe...
Tapi
setelah melihat foto-foto yang dipostkan oleh simpatisan dan timsesnya pasangan
calon MK-Fauzi, kalau saya melihat kasat mata ya lumayan berimbang. Kalaupun massa
kampanye IP-NA unggul, tidak unggul banyak pun begitu sebaliknya. Namun yang
menjadi catatan penting saya kali ini adalah :
1. Untuk
sebuah kampanye yang tidak dihadiri figur nasional sepopuler Prabowo Subianto,
kampanye akbar yang dilaksanakan oleh pasangan MK-Fauzi tergolong ramai. Namun jika
kita mengambil dari sudut pandang jumlah partai pendukung, maka kampanye akbar
tersebut masih kurang ramai. Di sisi lain, kampanye akbar yang dilakukan oleh
pasangan IP-NA yang didukung oleh dua partai berjalan cukup ramai, namun diakui
atau tidak, bisa kah kita menafikan pengaruh Prabowo dalam keramaian itu ? Saya
rasa hampir semua dari kita sepakat, tidak bisa.
2. Kemudian
yang menjadi perhatian bagi saya adalah cara tim MK-Fauzi mempromosikan
pasangan calon mereka dalam spanduk-spanduk dan baliho yang terdapat di lokasi
kampanye.
Spanduk dan baliho yang
terdapat di lokasi kampanye dominan dihiasi dengan pasangan MK-Fauzi sebagai
gambar utama. Hal ini sedikit berbeda dengan pasangan calon IP-NA yang lebih
mengedepankan gambar dan sosok Prabowo Subianto dalam spanduk dan baliho yang
mereka pasang.
Hal di atas menjadi menarik
bagi saya karena sepertinya Tim MK-Fauzi lebih percaya diri dan konsisten dalam
mempromosikan pasangan calonnya, dibandingkan kontestan pesaing. Malah terkait
gambar Prabowo yang dominan di baliho ini menjadi sebuah pertanyaan menggelitik
di kalangan masyarakat “mancalon Gubernur
Sumbar Prabowo ?”
Dengan
kondisi di atas, maka masing-masing pasangan calon masih punya segudang
pekerjaan rumah dengan waktu yang tidak banyak guna memenangkan Pilgub Sumbar. Jika
menurut pengamat politik Andri Rusta, bahwa kemenangan pasangan calon di Pilgub
sumbar ini akan didapat dengan selisih persentase suara kira-kira 70%an melawan
20%an, saya rasa itu terlalu jauh, walau memang bukan tidak mungkin mengingat
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai Pilgub Sumabar kali ini yang akan
berujung kepada rendahnya partisipasi masyarakat. Dia atas kertas rendahnya
partisipasi masyarakat akan lebih menguntungkan pasangan IP-NA, jadi tim
MK-Fauzi punya pekerjaan tambahan selain mempromosikan dan mengkampanyekan
pasangan calon mereka, mereka juga harus bisa mempromosikan dan mengkampanyekan
tentang Pilgub Sumbar. Ya... hitung-hitung bantu KPU lah... Sekaligus membantu
negara ini dalam berdemokrasi dan membantu negara dalam mengurangi pemborosan
keuangan negara (kalau partisipasi rendah negara kan rugi, mengingat biaya
untuk Pilgub ini tidak bisa dikatakan kecil)
Selanjutnya,
jika kita mengurut beberapa faktor yang dapat memenangkan sebuah kontes
politik, maka secara garis besar kita bisa menyebut tiga faktor :
1. Party/Partai Politik
Keberadaan partai politik
sebagai penyedia “tiket” guna berlaga dalam kontes politik tidak dapat dihindari
dan sudah menjadi keniscayaan. Memang ada peluang maju dari jalur independen,
namun untuk berlaga melalui jalur ini, seorang calon harus memiliki figur yang
benar-benar populer dan punya karakter yang kuat. Dan tidak semua orang
diberikan berkah punya karakter seperti itu.
2. Volunteers/Relawan
Bukan menepikan peran
partai, namun sejarah akhir-akhir ini membuktikan bahwa partai politik tidak
lagi menjadi faktor penentu kemenangan dalam kontes politik. Jika partai
politik memiliki beberapa lapisan dari tingkatan elit sampai ke akar rumput,
tidak demikian dengan relawan. Relawan bergerak dari bawah dan tepat sasaran.
Rasanya relawan lebih memilliki persentase yang tinggi dalam menentukan sebuah
kemenangan dalam kontes politik, dibandingkan partai politik.
3. Figure/Figur.
Last but not least,
sebenarnya inilah faktor terpenting dalam sebuah kontes politik. Rasanya saya
berani bertaruh, Gerindra tidak akan sebesar sekarang ini tanpa adanya figur
Prabowo Subianto. Sama halnya AKP Party tidak akan menjadi partai dominan di Turki
tanpa adanya figur Erdogan.
Pemilihan
Gubernur Sumatera Barat kali ini akan berhasil dimenangkan oleh pasangan calon
yang mampu menempatkan 3 faktor di atas sesuai dengan porsinya, baik porsi
dalam tugas maupun porsi dalam budget anggaran. Jika masalah figur, figur Fauzi
Bahar tidak kalah populer jika dibandingkan dengan figur Irwan Prayitno. Tapi
kondisi ini sebenarnya cukup menarik, karena masyarakat tidak banyak berbicara
mengenai Muslim Kasim dan Nasrul Abit. Kondisi ini seperti laga el classico antara Real Madrid vs
Barcelona, dimana penonton akan lebih banyak membicarakan mengenai persaingan
antara Christiano Ronaldo melawan Lionel Messi, padahal masih ada pemain lain
yang perannya sebenarnya tidak bisa dianggap enteng.
Kalau
dilihat dari sudut pandang partai pendukung, agaknya partai pendukung pasangan
MK-Fauzi masih belum maksimal dalam menggerakan massa dan pendukungnya (ini
jika dilihat dari konsentrasi massa pada kampanye akbar yang menurut saya belum
menggambarkan besarnya dukungan 9 partai politik), tapi who knows ?
Dari
sudut pandang relawan, jika melihat kepada kampanye akbar yang baru saja
dilaksanakan, acungan jempol layak diberikan kepada Relawan MK-Fauzi, yang
walaupun mungkin belum “seterkenal” dan “sesadis” relawan pasangan calon lain,
tapi Relawan MK-Fauzi mampu melengkapi kepingan yang hilang sehingga sebuah
pergerakan menjadi sempurna. Sudut pandang saya relawan ini masih bisa
ditingkatkan kemampuan dan ketrengginasannya dalam bekerja. Jika itu terjadi
maka akan tercipta sejarah baru dalam perpolitikan di Sumatera Barat.
Selamat
berjuang... selamat berdemokrasi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar