Turki
baru saja menyelesaikan pemilu selanya 1 November 2015 lalu yang menghasilkan kemenangan gemilang
bagi Partai AKP besutan Erdogan. Ada beberapa hal menarik sebenarnya yang dapat
kita ambil dari pelaksanaan pemilu sela Turki ini. namun pada tulisan kali ini
saya hanya akan menyoroti tingkat kesadaran warga negara Turki dalam
berdemokrasi dan cara mereka dalam berdemokrasi.
Di
luar gezah Turki yang saat ini begitu besar dan harum bagi kaum-kaum tertindas
di Timur Tengah, perlu rasanya kita sedikit belajar dari kedewasaan Turki dalam
berdemokrasi dan berpemerintahan,
Pemilu
sela yang baru saja diadakan disebabkan karena gagalnya salah satu partai
politik meraih suara mayoritas yang diperlukan untuk membentuk pemerintahan
satu partai. Alhasil pemerintahan tidak dapat menjalankan pemerintahan dengan
sempurna dikarenakan rongrongan partai oposisi di parlemen. Deadlock pemerintahan
tersebut mengharuskan pemerintah melakukan satu dari dua opsi yang tersedia,
yaitu :
·
Membentuk pemerintahan bersama
·
Melakukan pemilu ulang
;Dua
opsi ini sama beratnya untuk partai yang saat itu memegang kendali
pemerintahan. Erdogan selaku Presiden dan Ahmet Davutoglu selaku Perdana
Menteri menghadapi 2 pilihan yang sama beresikonya.
Membentuk
pemerintahan bersama dengan koalisi sama artinya dengan menjalankan
pemerintahan setengah-setengah, termasuk dengan kebijakan luar negeri yang akan
diambil. Bisa-bisa Turki akan berada dalam kondisi yang serba salah dalam
pergaulan internasional jika pihak oposisi pun memiliki peran dalam
pemerintahan. Ditambah lagi Turki sudah terlanjur menunjukan sikap tegasnya
dalam setiap isu yang dihadapi baik isu dalam negeri, luar negeri dan regional
kawasan. Bisa-bisa pemerintahan Turki menjilat ludah sendiri, dari setiap
statement-statement keras yang dulu mereka lontarkan.
Mengadakan
pemilu ulang juga bukan perjudian yang memiliki resiko kecil. Partai AKP dengan
Erdogan dan Davutoglu sebagai pentolannya tidak memiliki cukup restu dunia
internasional untuk melanjutkan pemerintahan mereka. Sikap kritis dan tegas
mereka terhadap isu Palestina dan Suriah menjadikan mereka berhadap-hadapan
dengan Amerika Serikat, Uni Eropa dan juga beberapa negara Timur Tengah
lainnya. Di bawah tekanan dunia internasional bukan tidak mungkin mereka akan
mengalami kekalahan di pemilu ulang tersebut yang kemudian menghilangkan
kendali mereka atas pemerintahan.
Namun,
di sinilah Turki menunjukan kedewasaan mereka dalam berpemerintahan dan
berdemokrasi. Erdogan dan Davutoglu memutuskan untuk melaksanakan pemilu ulang
atau dinamakan pemilu sela. Sesaat sebelum dilaksanakannya pemilu, Turki
menghadapi serangan bom bunuh diri yang menewaskan banyak orang. Hal ini
tentunya bukan sesuatu yang diinginkan oleh partai yang tengah mencoba
mempertahankan kekuasaan mereka dalam pemilu sela yang akan dihadapi beberapa
hari lagi.
Di
sini sekali lagi Pemerintah Turki dan masyarakat membuktikan mereka sudah cukup
dewasa dalam berpikir dan berdemokrasi dalam menentukan sikap mereka terhadap
masa depan Turki yang dicita-citakan. Terlepas dari kepiawaian Erdogan sebagai
politisi, harus diakui rakyat Turki memang sangat mencintai negara mereka. Hal itu
ditunjukan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu sela Turki yang
mencapai 88%. Hal ini sejatinya menunjukan bagaimana rakyat Turki menunjukan
sikap tegas mereka terhadap masa depan bangsa yang mereka cintai. Sehingga tekanan
dunia internasional yang memprediksi pemerintahan Erdogan akan tumbang justru
diputarbalikan oleh rakyat Turki sendiri, dan mereka menyadari dengan penuh
bahwa untuk meraih cita-cita masa depan bangsa Turki, adalah dengan datang ke
bilik suara, menggunakan hak pilih mereka dengan cita-cita dan harapan yang
luhur sembari berdoa kepada Tuhan. Hasilnya ? Kemenangan mutlak yang tidak
diduga pihak manapun juga ! Bahkan melebihi prediksi dari Partai AKP sendiri. Well...
Congratulation Mr. President Erdogan, AKP, and also Congratulations Turky !!!
Wassalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar