Dua
pasangan calon, satu tujuan dan satu kompetisi. Keduanya petahana dan punya
riwayat karir hampir sama. Bagaimana hasilnya ? Hasilnya tentu berada di tangan
masyarakat Sumatera Barat.
Jika
melihat dua kekuatan, maka bisa dikatakan pasangan Irwan Prayitno memiliki
beberapa keunggulan. Selain sebagai mantan Gubernur yang maju untuk periode
kedua kepemimpinan, Irwan Prayitno memiliki modal partai yang cukup sekaligus
rekan duet yang tidak bisa dikatakan ringan. Berduet dengan Gerindra adalah
salah satu keputusan politik yang sangat jitu dari Irwan Prayitno. Untuk di
Sumatera Barat, Gerindra adalah rising
star baru yang kehadirannya sulit untuk ditolak siapapun. Faktor kepemimpinan
Prabowo Subianto sang Jenderal cemerlang yang mengakhiri karir militer dengan
malang, menjadikan Gerindra idola baru dan darah baru bagi perpolitikan
Indonesia, juga di Sumatera Barat.
Muslim
Kasim dan Fauzi Bahar rasanya bisa berharap banyak dari perilaku pemilih yang
bersifat kesukuan. Bukannya berarti visi-misi pasangan ini tidak bagus, namun
kita di Sumatera Barat ataupun Indonesia umumnya, belumlah tergolong kepada
pemilih yang memilih berdasarkan visi-misi atau program kerja. Kalaupun ada
persentasenya tidaklah besar. Pasangan ini bisa berharap banyak pada Persatuan Keluarga
Daerah Piaman (PKDP). Sejarah politik di Sumatera Barat membuktikan bahwa PKDP
punya track record yang cukup bagus,
setidaknya untuk tingkat Sumatera Barat.
Selain
itu, Fauzi Bahar bisa mengandalkan daerah Koto Tangah sebagai lumbung suara
terbesar khusus untuk Kota Padang. Padang akan menjadi barometer perolehan
suara dari setiap pasangan. Jika Padang bisa dimenangkan maka peluang
memenangkan perang secara keseluruhan cukup terbuka. Kita bisa berkaca pada
kemenangan pasangan Mahyeldi-Emzalmi pada pemilihan Walikota Padang yang
terakhir. Pasangan ini menang tidak sampai separuh dari total kecamatan yang
ada di Kota Padang, namun berhasil memenangkan pilkada secara keseluruhan,
karena pasangan ini menang telak di kecamatan yang memang memiliki jumlah daftar
pemilih tetap di atas kecamatan yang lain.
Kondisi
ini cukup anti klimaks bagi kedua pasangan calon, di satu sisi Irwan
Prayitno-Nasrul Abit memiliki figur nasional sekelas Prabowo Subianto yang sangat menjual, tapi di sisi
lain Muslim Kasim-Fauzi Bahar memiliki basis suara yang tidak bisa dipandang
enteng. Masalah baru akan timbul bagi pasangan Muslim Kasim-Fauzi Bahar, jika
tingkat partisipasi pemilih rendah, karena itu sama dengan memberikan karpet
merah kepada Irwan Prayitno-Nasrul Abit untuk keluar sebagai pemenang Pilgub
Sumbar 2016-2021.
Kemenangan
Irwan Prayitno-Muslim Kasim pada Pilgub yang terdahulu menghasilkan sebuah data
yang cukup menarik, dimana pasangan ini meraih lebih dari 90.000 suara di Pariaman,
namun ingat angka itu diraih dengan kondisi adanya lima pasangan calon yang
berjuang dalam Pilgub tersebut, apakah dengan kondisi yang hanya dua pasangan
calon saat ini pasangan Muslim Kasim-Fauzi Bahar akan bisa unggul jauh di
Pariaman ? Padang dengan jumlah pemilih terbesar di Pilgub pun akan menjadi
aspek penting, mampukah Fauzi Bahar menjadi “satu-satunya” orang Padang yang
dipilih pada Pilgub kali ini ? Jika itu terjadi maka Pilgub kali ini akan
menjadi Pillgub yang paling seru sepanjang sejarah, karena pasangan Irwan
Prayitno-Nasrul Abit akan mendapatkan lawan yang cukup tangguh.
Bagi
saya pribadi, Pilgub Sumbar kali ini hanya akan menjadi sebuah pegamatan
partisipasi pemilih, karena saya sudah terlanjur mengklaim pemilihan langsung
di Indonesia adalah sebuah kegagalan dan menyebabkan kerusakan yang sistemik. Lebih
sistemik dari kerusakan yang ditimbulkan oleh Century. Partisipasi yang tinggi
menunjukan bahwa semangat demokrasi bangsa Indonesia layak diganjar dengan
anggaran yang luar biasa tinggi dalam penyelenggaraan pemilihan langsung,
apapun jenisnya, apakah Pilwako, Pilbup atau Pilgub, bahkan Pilpres. Namun jika
partisipasi rendah, mungkin sudah saatnya pemerintah meninjau kembali keputusan
untuk melaksanakan pemilihan secara langsung ini. Karena pada dasarnya,
seharusnya Menteri Dalam Negeri melantik perwakilan golput, karena rata-rata yang
terjadi selama ini, yang menjadi pemenang dari setiap pemillihan langsung
adalah golput.
Selamat
berdemokrasi sahabat-sahabat sekalian, selamat berjuang bagi setiap pasangan
calon. Wassalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar