Jumat, 27 November 2015

MENAKAR HASIL AKHIR PILGUB SUMBAR



Dua pasangan calon, satu tujuan dan satu kompetisi. Keduanya petahana dan punya riwayat karir hampir sama. Bagaimana hasilnya ? Hasilnya tentu berada di tangan masyarakat Sumatera Barat.
Jika melihat dua kekuatan, maka bisa dikatakan pasangan Irwan Prayitno memiliki beberapa keunggulan. Selain sebagai mantan Gubernur yang maju untuk periode kedua kepemimpinan, Irwan Prayitno memiliki modal partai yang cukup sekaligus rekan duet yang tidak bisa dikatakan ringan. Berduet dengan Gerindra adalah salah satu keputusan politik yang sangat jitu dari Irwan Prayitno. Untuk di Sumatera Barat, Gerindra adalah rising star baru yang kehadirannya sulit untuk ditolak siapapun. Faktor kepemimpinan Prabowo Subianto sang Jenderal cemerlang yang mengakhiri karir militer dengan malang, menjadikan Gerindra idola baru dan darah baru bagi perpolitikan Indonesia, juga di Sumatera Barat.
Muslim Kasim dan Fauzi Bahar rasanya bisa berharap banyak dari perilaku pemilih yang bersifat kesukuan. Bukannya berarti visi-misi pasangan ini tidak bagus, namun kita di Sumatera Barat ataupun Indonesia umumnya, belumlah tergolong kepada pemilih yang memilih berdasarkan visi-misi atau program kerja. Kalaupun ada persentasenya tidaklah besar. Pasangan ini bisa berharap banyak pada Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP). Sejarah politik di Sumatera Barat membuktikan bahwa PKDP punya track record yang cukup bagus, setidaknya untuk tingkat Sumatera Barat.
Selain itu, Fauzi Bahar bisa mengandalkan daerah Koto Tangah sebagai lumbung suara terbesar khusus untuk Kota Padang. Padang akan menjadi barometer perolehan suara dari setiap pasangan. Jika Padang bisa dimenangkan maka peluang memenangkan perang secara keseluruhan cukup terbuka. Kita bisa berkaca pada kemenangan pasangan Mahyeldi-Emzalmi pada pemilihan Walikota Padang yang terakhir. Pasangan ini menang tidak sampai separuh dari total kecamatan yang ada di Kota Padang, namun berhasil memenangkan pilkada secara keseluruhan, karena pasangan ini menang telak di kecamatan yang memang memiliki jumlah daftar pemilih tetap di atas kecamatan yang lain.
Kondisi ini cukup anti klimaks bagi kedua pasangan calon, di satu sisi Irwan Prayitno-Nasrul Abit memiliki figur nasional sekelas Prabowo Subianto yang sangat menjual, tapi di sisi lain Muslim Kasim-Fauzi Bahar memiliki basis suara yang tidak bisa dipandang enteng. Masalah baru akan timbul bagi pasangan Muslim Kasim-Fauzi Bahar, jika tingkat partisipasi pemilih rendah, karena itu sama dengan memberikan karpet merah kepada Irwan Prayitno-Nasrul Abit untuk keluar sebagai pemenang Pilgub Sumbar 2016-2021.
Kemenangan Irwan Prayitno-Muslim Kasim pada Pilgub yang terdahulu menghasilkan sebuah data yang cukup menarik, dimana pasangan ini meraih lebih dari 90.000 suara di Pariaman, namun ingat angka itu diraih dengan kondisi adanya lima pasangan calon yang berjuang dalam Pilgub tersebut, apakah dengan kondisi yang hanya dua pasangan calon saat ini pasangan Muslim Kasim-Fauzi Bahar akan bisa unggul jauh di Pariaman ? Padang dengan jumlah pemilih terbesar di Pilgub pun akan menjadi aspek penting, mampukah Fauzi Bahar menjadi “satu-satunya” orang Padang yang dipilih pada Pilgub kali ini ? Jika itu terjadi maka Pilgub kali ini akan menjadi Pillgub yang paling seru sepanjang sejarah, karena pasangan Irwan Prayitno-Nasrul Abit akan mendapatkan lawan yang cukup tangguh.
Bagi saya pribadi, Pilgub Sumbar kali ini hanya akan menjadi sebuah pegamatan partisipasi pemilih, karena saya sudah terlanjur mengklaim pemilihan langsung di Indonesia adalah sebuah kegagalan dan menyebabkan kerusakan yang sistemik. Lebih sistemik dari kerusakan yang ditimbulkan oleh Century. Partisipasi yang tinggi menunjukan bahwa semangat demokrasi bangsa Indonesia layak diganjar dengan anggaran yang luar biasa tinggi dalam penyelenggaraan pemilihan langsung, apapun jenisnya, apakah Pilwako, Pilbup atau Pilgub, bahkan Pilpres. Namun jika partisipasi rendah, mungkin sudah saatnya pemerintah meninjau kembali keputusan untuk melaksanakan pemilihan secara langsung ini. Karena pada dasarnya, seharusnya Menteri Dalam Negeri melantik perwakilan golput, karena rata-rata yang terjadi selama ini, yang menjadi pemenang dari setiap pemillihan langsung adalah golput.
Selamat berdemokrasi sahabat-sahabat sekalian, selamat berjuang bagi setiap pasangan calon. Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar