Rabu, 18 November 2015

Fauzi Hanya Manusia (dan selamanya akan tetap begitu, catatan kecil saya)



Fauzi bukan manusia sempurna apalagi malaikat. Dia... ya manusia biasa saja, yang bisa melakukan hal baik, bisa melakukan kesalahan, terlambat naik pesawat, terserang diare dan macam-macam. Manusia biasa saja. Dia tidak selalu terbangun untuk shalat malam, dia juga tidak selalu senang dan senyum. Hal ini yang membuatnya menarik, karena kita tidak sedang membicarakan Power Rangers yang selalu menang melawan monster-monster ciptaan Lord Zedd atau Rita Repulsa. Kita hanya membicarakan seorang anak manusia yang bernama Fauzi Bahar, yang kebetulan pernah menjabat sebagai Walikota Padang selama dua periode dan sekarang maju sebagai Calon Wakil Gubernur.
Banyak orang membanding-bandingkan antara Pele dengan Maradona, bahkan saking sengitnya perbandingan dan persaingan itu membuat FIFA pusing tujuh keliling dalam menentukan siapa yang akan menjadi pemain terbaik sepanjang masa. Saya pribadi lebih menyukai Maradona, dengan beberapa alasan tertentu. Bagi saya Maradona lebih humanis, lebih menggambarkan seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan, manusia yang memilih untuk berjuang dan bertualang ketimbang menjadi raja di pekarangan rumahnya. Dia bertualang ke Italia hingga Spanyol. Pele ? Hampir sebagian besar karirnya dihabiskan untuk Santos di Brazil sana.
Diego Armando Maradona, dengan semua kontroversinya, hanya manusia biasa saja, yang suatu saat mengangkat trofi Piala Dunia, namun disaat yang lain malah diskorsing karena kesalahannya. Biasa saja, toh dia juga manusia. Saya hampir tidak pernah mendengar berita buruk mengenai Pele, selain ribuan golnya, 3 trofi Piala Dunianya, dan semua hal yang terdengar sangat fantastis lainnya. Seolah dia manusia yang selalu hebat dan selalu benar.
Orang-orang mengingat Ayrton Senna dengan semua prestasi dan juga kontorversinya. Bukan hanya karena kecepatannya di lintasan balap. Bahkan namanya dianggap lebih besar ketimbang Pele di negara asalnya, dipandang lebih besar dibandingkan Shcumacher yang memenangkan gelar juara dunia F1  lebih banyak darinya.
Orang-orang lebih mengidolakan Manny Pacquiao yang kalah beberapa kali dalam pertandingan profesionalnya dibandingkan Mayweather yang belum pernah tersentuh kekalahan. Sama halnya bagaimana Muhammad Ali dipandang jauh lebih besar dibandingkan Rocky Marciano yang punya rekor bertanding sempurna (49-0).
Manusia ya biasa saja, kesalahan dan kekeliruan adalah bagian dari kita semua. Tanpa terkecuali. Hampir semua dari kita pernah luput dari Shalat Subuh, hampir semua dari kita luput membaca Al-Quran pada suatu hari. Kita tidak pernah sesempurna yang kita inginkan atau mungkin kita bayangkan, dan tidak ada gunanya memalaikatkan diri, karena kita memang bukan. Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar