Minggu, 22 November 2015

PRABOWO, PALESTINE AND padang


image:deviantart.com
Dunia internasional ramai membicarakan bom Paris, tapi saya tidak pernah berhenti terenyuh melihat foto-foto anak Palestina yang begitu banyak di media sosial.  Terkadang saya malu, melihat mereka begitu berani menatap langsung ke laras senapan, atau keberanian mereka menuju tank dengan bermodalkan batu.
Saya malu jika hal itu dikomparasikan ke diri saya, juga jika dikomparasikan dengan dunia yang saya geluti saat ini, pemerintahan dan politik. Politik karena saya mahasiswa pasca sarjana ilmu politik. Jika mengingat foto-foto itu, maka saya sedikit malu mengambil jurusan politik, mungkin sebaiknya saya mengambil program pasca sarjana ilmu perang saja.
Mereka begitu polos, hanya memperjuangkan tempat hidup mereka. Mereka tidak memiliki sekolah yang tinggi di sana, tapi satu yang tidak pernah hilang dari setiap anak Palestina yang lahir adalah keberanian yang natural. Mungkin ada yang heran, apa yang menjadikan mereka begitu berani, tapi saya bisa menjawab pertanyaan itu dengan sebuah pertanyaan juga, apalagi yang mesti mereka takutkan ? Beberapa bulan atau mungkin tahun yang lalu, saya pernah mendengar seorang teman berkata “sahabih-habih takuik, bagak timbua” artinya lebih kurang jika tidak ada lagi yang mesti ditakutkan keberanian datang dengan sendirinya.
Bagi anak-anak di Palestina, apalagi yang mesti mereka takutkan, mereka melihat rumah mereka porak-poranda, orang tua mereka terkulai diterjang timah panas di depan mata mereka, teman bermain mereka hancur menjadi potongan-potongan kecil. Apalagi yang bisa membuat mereka takut ? Mereka sudah mengalami hal-hal yang tidak berani dibayangkan oleh kebanyakan orang. Makanya tidak ada keraguan dari mereka untuk melangkah pasti ke depan tank bermodalkan batu, tidak ada keraguan dari mereka memegang laras senapan senjata yang ditujukan ke kepala mereka. Saya kehabisan kata-kata.
image:parinpan.blogspot.com
Saya malu sebagai sesama muslim tidak bisa melakukan banyak hal, mungkin hanya turut mendoakan dan melakukan hal-hal kecil lainnya. Tapi tidak akan pernah sebanding dengan mereka yang melihat ratusan bom dikirim tepat menuju mereka seperti pesta kembang api di Ancol Jakarta. Jika anak-anak di sini berteriak gembira, mereka berteriak ketakutan.
Anak-anak itu tidak pernah takut menyuarakan kebenaran, sementara hampir sebagian besar pejabat pemerintahan dan pejabat politik di negara ini malah takut menyampaikan kebenaran dikarenakan menganut falsafah hidup masuk kandang kambing ngembek, masuk kandang harimau mengaum. Saya bisa paham jika pepatah itu sebenarnya menunjukan kemampuan orang Minang dalam beradaptasi, tapi masa kebenaran harus diadaptasikan juga dengan fitnah ?
image:onlineindotv
Kota Padang pada hari ini kedatangan Jenderal Prabowo, salah satu tokoh yang sangat saya idolakan di republik ini. Beliau mengalami kekalahan yang menyakitkan pada Pilpres yang lalu, salah satu sebabnya adalah karena ribuan fitnah yang dialamatkan kepadanya. Banyak hal baik yang sudah dilakukannya, tapi sayang tidak diketehui banyak orang, lagipula orang yang tahu lebih memilih diam, dia juga tidak gembor sana-sini apa yang sudah dia lakukan untuk republlik ini, jadi klop sudah syarat-syarat baginya untuk kalah, dan ada segudang alasan bagi orang-orang yang tahu untuk tidak menyampaikan kebenaran yang diketahuinya, mulai dari hilangnya jabatan, mandeknya karir, berkurangnya pemasukan dan ratusan alasan lainnya. Sekarang banyak orang berandai-andai, jika dulu Prabowo menang mungkin nasib akan lebih baik. KPU tidak mengenal pengandaian Bung ! Lebih lanjut dunia ini tidak mengenal kata andai Bung !
Kita sudah melihat begitu banyak kebenaran ditutupi yang kemudian berujung kepada aneka pengandaian di ujungnya. Bedanya jika kita cukup takut untuk menyampaikan kebenaran dan hanya bisa berandai-andai pada akhirnya, tidak demikian anak-anak di Palestina sana. Mereka tidak mungkin mengharapkan andai bom yang dikirimkan kepada mereka berubah menjadi kembang api. Mereka tidak berandai-andai oleh karenanya mereka berani dan maju menghadapi ! Kita ? Ada segudang alasan untuk seribu pembenaran. Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar