image:deviantart.com |
Dunia
internasional ramai membicarakan bom Paris, tapi saya tidak pernah berhenti
terenyuh melihat foto-foto anak Palestina yang begitu banyak di media
sosial. Terkadang saya malu, melihat
mereka begitu berani menatap langsung ke laras senapan, atau keberanian mereka
menuju tank dengan bermodalkan batu.
Saya
malu jika hal itu dikomparasikan ke diri saya, juga jika dikomparasikan dengan
dunia yang saya geluti saat ini, pemerintahan dan politik. Politik karena saya
mahasiswa pasca sarjana ilmu politik. Jika mengingat foto-foto itu, maka saya
sedikit malu mengambil jurusan politik, mungkin sebaiknya saya mengambil
program pasca sarjana ilmu perang saja.
Mereka
begitu polos, hanya memperjuangkan tempat hidup mereka. Mereka tidak memiliki
sekolah yang tinggi di sana, tapi satu yang tidak pernah hilang dari setiap
anak Palestina yang lahir adalah keberanian yang natural. Mungkin ada yang
heran, apa yang menjadikan mereka begitu berani, tapi saya bisa menjawab
pertanyaan itu dengan sebuah pertanyaan juga, apalagi yang mesti mereka
takutkan ? Beberapa bulan atau mungkin tahun yang lalu, saya pernah mendengar
seorang teman berkata “sahabih-habih
takuik, bagak timbua” artinya lebih kurang jika tidak ada lagi yang mesti
ditakutkan keberanian datang dengan sendirinya.
Bagi
anak-anak di Palestina, apalagi yang mesti mereka takutkan, mereka melihat
rumah mereka porak-poranda, orang tua mereka terkulai diterjang timah panas di
depan mata mereka, teman bermain mereka hancur menjadi potongan-potongan kecil.
Apalagi yang bisa membuat mereka takut ? Mereka sudah mengalami hal-hal yang
tidak berani dibayangkan oleh kebanyakan orang. Makanya tidak ada keraguan dari
mereka untuk melangkah pasti ke depan tank bermodalkan batu, tidak ada keraguan
dari mereka memegang laras senapan senjata yang ditujukan ke kepala mereka. Saya
kehabisan kata-kata.
image:parinpan.blogspot.com |
Saya
malu sebagai sesama muslim tidak bisa melakukan banyak hal, mungkin hanya turut
mendoakan dan melakukan hal-hal kecil lainnya. Tapi tidak akan pernah sebanding
dengan mereka yang melihat ratusan bom dikirim tepat menuju mereka seperti
pesta kembang api di Ancol Jakarta. Jika anak-anak di sini berteriak gembira,
mereka berteriak ketakutan.
Anak-anak
itu tidak pernah takut menyuarakan kebenaran, sementara hampir sebagian besar
pejabat pemerintahan dan pejabat politik di negara ini malah takut menyampaikan
kebenaran dikarenakan menganut falsafah hidup masuk kandang kambing ngembek,
masuk kandang harimau mengaum. Saya bisa paham jika pepatah itu sebenarnya
menunjukan kemampuan orang Minang dalam beradaptasi, tapi masa kebenaran harus
diadaptasikan juga dengan fitnah ?
image:onlineindotv |
Kota
Padang pada hari ini kedatangan Jenderal Prabowo, salah satu tokoh yang sangat
saya idolakan di republik ini. Beliau mengalami kekalahan yang menyakitkan pada
Pilpres yang lalu, salah satu sebabnya adalah karena ribuan fitnah yang
dialamatkan kepadanya. Banyak hal baik yang sudah dilakukannya, tapi sayang
tidak diketehui banyak orang, lagipula orang yang tahu lebih memilih diam, dia
juga tidak gembor sana-sini apa yang sudah dia lakukan untuk republlik ini,
jadi klop sudah syarat-syarat baginya untuk kalah, dan ada segudang alasan bagi
orang-orang yang tahu untuk tidak menyampaikan kebenaran yang diketahuinya,
mulai dari hilangnya jabatan, mandeknya karir, berkurangnya pemasukan dan
ratusan alasan lainnya. Sekarang banyak orang berandai-andai, jika dulu Prabowo
menang mungkin nasib akan lebih baik. KPU tidak mengenal pengandaian Bung !
Lebih lanjut dunia ini tidak mengenal kata andai Bung !
Kita
sudah melihat begitu banyak kebenaran ditutupi yang kemudian berujung kepada
aneka pengandaian di ujungnya. Bedanya jika kita cukup takut untuk menyampaikan
kebenaran dan hanya bisa berandai-andai pada akhirnya, tidak demikian anak-anak
di Palestina sana. Mereka tidak mungkin mengharapkan andai bom yang dikirimkan
kepada mereka berubah menjadi kembang api. Mereka tidak berandai-andai oleh karenanya
mereka berani dan maju menghadapi ! Kita ? Ada segudang alasan untuk seribu
pembenaran. Wassalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar