Sabtu, 28 November 2015

PANIC BUTTON PILGUB SUMBAR




Belajar dari Pemilihan Presiden (Pilpres) yang terakhir, pengolahan isu menjadi sebuah aspek penting dalam setiap pemilihan yang melibatkan partisipasi masyarakat umum. Masih segar dalam ingatan bagaimana tim Jokowi-JK mampu mengolah sebuah isu yang kemudian menjadi sebuah tagline untuk mengalahkan pesaing mereka dalam pilpres yang lalu, Prabowo-Hatta Rajasa.
Jika Jokowi-JK punya isu Hak Azazi Manusia dalam menyudutkan Prabowo, maka di Pemilihan Gubernur (pilgub) Sumatera Barat kali ini, pasangan IP-NA melalui loyalis dan simpatisannya mengemas sebuah isu mengenai kristenisasi atau lebih mereka sebut dengan salibis terhadap pasangan Muslim Kasim-Fauzi Bahar. Satu sisi saya merasa salut dengan loyalis dan simpatisan IP-NA yang batuah ka nan manang pada pilpres yang lalu, namun di sisi lain saya melihat ini sebagai sebuah langkah panik yang diambil oleh loyalis dan simpatisan calon pasangan yang diusung oleh PKS dan Gerindra ini.
Kenapa dikatakan panik ? Loyalis dan simpatisan dari pasangan IP-NA seolah-olah kehabisan bahan dan membuat sebuah rekayasa berita dari sebuah foto kejadian, hal ini lazimnya dilakukan pasangan calon yang tengah tertinggal dalam elektabilitas dan popularitas, tapi benarkah IP-NA dalam keadaan tertinggal ? Penyebaran isu keagamaan seperti disebutkan di atas, secara etika politik tentu tidak tepat untuk dilakukan, namun di zaman politik seperti hari ini ada di urutan berapa unsur etika ? Kepanikan ini semakin terlihat ketika isu ini dikemas terlalu dini, isu ini bisa menjadi bumerang telak bagi IP-NA jika tim MK-Fauzi mampu membuat sebuah pembantahan berdasarkan fakta dan realita yang kemudian disebarluaskan melalui media sosial secara masif. Jika tindakan itu dilakukan, Tim MK-Fauzi dapat memutarbalikan kondisi yang tadi dalam keadaan diserang menjadi keadaan menyerang. Persis seperti kejadian “Kuda Tuli” yang dialami PDI-P.
Biasanya PKS lebih sering menggunakan isu “penzhaliman” terhadap dirinya, seperti yang kerap diteriakan oleh petinggi PKS saat meledaknya kasus LHI, Ahmad Fathanah dan terakhir Gatot Pujo Nugroho. Namun kali ini PKS nampaknya harus melakukan sesuatu yang lebih dari gaya lama yang kerap mereka mainkan. Kali ini dengan isu salibis dan kristenisasi, Tim MK-Fauzi bisa menjadikan mereka dalam posisi yang biasa ditempati oleh PKS yaitu sebagai pihak yang dizhalimi secara real, tergantung kepada kemampuan Tim MK-Fauzi itu sendiri dalam mengolah isu panas yang digelindingkan kepada mereka.
Saya teringat Prabowo, isu HAMnya tidak pernah sampai ke pengadilan dan juga tidak pernah sampai ke Den Haag untuk diadili dalam kejahatan perang. Tapi isu itu sudah cukup telak untuk mengalahkannya dalam pilpres, dan memang Jokowi tidak butuh pengadilan HAM untuk Prabowo, Jokowi-JK hanya perlu memenangkan Pilpres. Sama halnya dengan IP-NA sekarang, mereka tidak akan peduli berapa banyak orang yang akan murtad dengan isu salibis yang dihembuskan ataupun potensi perpecahan antar umat beragama akibat isu yang dimunculkan. kepentingan mereka hanyalah memenangkan pilgub dan berkuasa untuk kedua kalinya.
Sisi lain yang menarik menurut saya adalah, bahwa Fauzi Bahar adalah sosok yang paling sering dijadikan sasaran tembak dibanding calon Gubernurnya sendiri, Muslim Kasim. Biasanya yang akan menjadi sasaran tembak saingan politik adalah sosok yang menjadi figur utama alias orang nomor 1, bukan wakilnya. Hal ini membuktikan bahwa IP-NA menganggap Fauzi Bahar adalah pihak yang harus diincar, sekaligus membuktikan bahwa Fauzi Bahar mulai menjadi sosok yang begitu dicemaskan oleh IP-NA. Popularitas Fauzi Bahar dengan semua kontroversinya dan komitmennya telah menjadi nilai jual yang tinggi sehingga menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri oleh IP-NA. Sementara terhadap figur Muslim Kasim sendiri, jauh dari sasaran atau target isu.


Belajar dari pilpres yang lalu, maka pengolahan isu akan menjadi sangat krusial, dan memang akan selalu krusial. Isu yang dilemparkan mampu merubah pandangan orang-orang dengan drastis. Banyak yang mengatakan pemilih di Sumatera Barat sudah cerdas, saya bisa menerima dan memaklumi itu sebagai sebuah harapan, dan jika berkaca kepada Pilpres yang lalu, terbukti bahwa masyarakat Sumatera Barat memang tidak mudah termakan isu, buktinya Prabowo menang telak di ranah minang. Soal Pilgub, kita lihat jawaban dari KPU. Wassalam...   

2 komentar:

  1. Sayang tak ada serang balik dari MK FB, padahal cukup jitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin masih tetap dengan gaya politik Fauzi Bahar yang menolak cara-cara seperti itu Pak Fahcrul Rasyid...

      Hapus