Setelah
sebelumnya kita bercerita mengenai hal yang serius, maka kali ini kita akan
bercerita mengenai sebuah cerita pendek. Cerita ini berasal dari sebuah kota
yang bernama Padank (dengan nk ya, bukan g) ibukota Propinsi Sutra Darat.
Jadi
alkisah terdapat seorang pegawai muda yang kebetulan bertugas dalam lingkungan
petinggi-petinggi pemerintahan di Kota Padank ini. pada saat itu yang menjabat
sebagai Walikotanya bernama Faizu, dan wakil walikotanya yang namanya agak
susah untuk dihapal. Faizu sebagai Walikota terkesan ganas dan keras, ditambah
lagi si wakil ini kesannya memang sangat lemah lembut, low profile, alim, suka menabung, dan pokoknya yang baik-baik
lah.
Pada
suatu ketika, si wakil ini melakukan sebuah perjalanan menuju acara partai politik
yang diselenggarakan di salah satu kabupaten yang yang terdapat di Propinsi
Sutra Darat, perjalanan ditempuh dengan menggunakan mobil dinas wakil walikota
yang platnya “dihitamkan”. Singkat cerita, malang tak dapat dielakan mujur tak
dapat diraih (kalau terbalik mohon maklum saja ya), mobil dinas yang sudah
diplat hitamkan ini menabrak pengendara motor. Tidak banyak korbannya, cuma
dua. Karena yang ditabrak motor, kalau korbannya sepuluh berarti yang ditabrak
bis. Oke, kita singkatkan lagi ceritanya, begitu kecelakaan terjadi, maka si
wakil yang rajin menabung tadi, segera dievakuasi menggunakan kendaraan lain
untuk pulang ke Kota Padank. Si sopir dan kendaraan dinas yang sudah
“dihitamkan” tadi diamankan di kantor polisi kota tempat kejadian perkara.
Tidak
butuh waktu lama, berita kecelakaan itu sampai ke pejabat pemerintahan Kota
Padank. Kepala Bagian Segala Urusan, langsung sibuk mengurus segala hal yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Masalahnya, ini bukan hanya
sekedar memperbaiki kerusakan sepeda motor yang rusak, tapi ada nyawa manusia
yang hilang. Tentu ini bukan perkara mudah. Kepala Bagian Segala Urusan sibuk
menemui setiap pejabat yang berkompeten untuk dimintai sarannya, apa yang sebaiknya
dilakukan. Dia juga menemui si wakil yang ada
di tempat kejadian perkara. Berbicara empat mata, Kepala Bagian Segala
Urusan keluar dari ruang bosnya itu dengan muka merah padam. Oh iya sebagai
informasi tambahan, Kepala Bagian Segala Urusan ini orangnya alim,
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan mungkin sedikit naif. Sesampainya di ruangannya, dia
memanggil anak buahnya dan menyampaikan perintah yang baru saja dia dapat dari
si Wakil Walikota ini, “keluarkan mobil
karena ambo butuh, yang supir silahkan diproses sesuai hukum” itu perintah
Wakil kepada si Kepala Bagian Segala Urusan yang kemudian dia sampaikan ke anak
buahnya. Mereka berdua terdiam terpaku untuk beberapa saat.
Tengah
dalam keadaan galau, si Kepala Bagian Segala Urusan menghadap Walikota. Faizu sadar
bahwa perintah yang diberikan wakilnya kepada Kapala Bagian Segala Urusan
bertentangan dengan akal sehat dan hati nurani kebanyakan manusia, Faizu pun
segera mengambil alih urusan itu dan memberikan perintah kepada Kepala Bagian
Segala Urusan.
Menjalankan
perintah Walikota, Kepala Bagian Segala Urusan ini berangkat menuju kota tempat
kecelakaan terjadi, menemui keluarga korban. Tidak disangka-sangka, ternyata
keluarga korban bisa menerima itu sebagai musibah, dan tidak menuntut banyak,
keluarga korban hanya minta almarhum anaknya dikekahkan dan meminta agar untuk
sekali saja, si wakil walikota datang untuk meminta maaf atas kecelakaan itu
secara langsung kepada mereka. Hanya itu. Pihak kepolisian pun sudah memberikan
upaya agar masalah ini diselesaikan dengan cara damai, karena tidak seorangpun
yang menginginkan kecelakaan dan tidak ada unsur kesengajaan di dalamnya. Namun
sampai si wakil tidak sempat datang menemui keluarga korban,
karena “sibuk”. Dia bahkan juga tidak sempat melihat sopirnya itu selama di
kantor polisi, walau hanya untuk sekali.
Anda tidak bisa berharap kepada kemasan
seseorang, karena hatinya terkadang tidak sesuai dengan apa yang anda lihat
pada umumnya. Anda khalayak ramai juga tidak bisa mengetahui kisah ini dengan
bebas, karena memang tidak pernah ada yang memberitahukan kepada anda cerita
yang sebenarnya. Sebelum saya lupa, sopirnya ditahan selama berbulan-bulan dan
terpisah dari anaknya yang kecil-kecil, tapi saat ini sudah bebas dan sudah
bekerja di salah satu hotel di Kota Padank. Satu yang saya ingat, ketika saya
mengunjunginya ketika masih di sel kantor polisi, kebetulan anak-anaknya tengah
berkunjung juga, dengan lugu anaknya bertanya “kenapa Ayah ndak pulang ?”, saya rasa umur anak itu baru lima
tahun. Saya terpaku, terdiam dan remuk. Ayahnya hanyalah seorang korban dari
seorang pejabat yang tidak tahu terima kasih, yang lebih mementingkan mobil dinasnya
daripada manusia yang bekerja untuknya.
Melalui
tulisan ini saya juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak kepolisian, yang pada saat itu sudah mengizinkan si supir untuk bermain
bersama anaknya di halaman kantor, sehingga si anak tidak harus melihat dan
bercengkrama bersama Ayahnya dengan dibatasi oleh jeruji besi. Hal yang membuat
saya sadar, bahkan ternyata orang yang membawa senjata terkadang malah lebih
manusiawi dibandingkan orang yang mengenakan baju koko.
Tidak
usah terlalu terbawa perasaan, bisa jadi cerita ini hanya fiksi. Bisa jadi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar