Sabtu, 14 November 2015

Cerita Dibalik Istana (Padank Poenya Cerita)




Setelah sebelumnya kita bercerita mengenai hal yang serius, maka kali ini kita akan bercerita mengenai sebuah cerita pendek. Cerita ini berasal dari sebuah kota yang bernama Padank (dengan nk ya, bukan g) ibukota Propinsi Sutra Darat.


Jadi alkisah terdapat seorang pegawai muda yang kebetulan bertugas dalam lingkungan petinggi-petinggi pemerintahan di Kota Padank ini. pada saat itu yang menjabat sebagai Walikotanya bernama Faizu, dan wakil walikotanya yang namanya agak susah untuk dihapal. Faizu sebagai Walikota terkesan ganas dan keras, ditambah lagi si wakil ini kesannya memang sangat lemah lembut, low profile, alim,  suka menabung, dan pokoknya yang baik-baik lah.
Pada suatu ketika, si wakil ini melakukan sebuah perjalanan menuju acara partai politik yang diselenggarakan di salah satu kabupaten yang yang terdapat di Propinsi Sutra Darat, perjalanan ditempuh dengan menggunakan mobil dinas wakil walikota yang platnya “dihitamkan”. Singkat cerita, malang tak dapat dielakan mujur tak dapat diraih (kalau terbalik mohon maklum saja ya), mobil dinas yang sudah diplat hitamkan ini menabrak pengendara motor. Tidak banyak korbannya, cuma dua. Karena yang ditabrak motor, kalau korbannya sepuluh berarti yang ditabrak bis. Oke, kita singkatkan lagi ceritanya, begitu kecelakaan terjadi, maka si wakil yang rajin menabung tadi, segera dievakuasi menggunakan kendaraan lain untuk pulang ke Kota Padank. Si sopir dan kendaraan dinas yang sudah “dihitamkan” tadi diamankan di kantor polisi kota tempat kejadian perkara.
Tidak butuh waktu lama, berita kecelakaan itu sampai ke pejabat pemerintahan Kota Padank. Kepala Bagian Segala Urusan, langsung sibuk mengurus segala hal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Masalahnya, ini bukan hanya sekedar memperbaiki kerusakan sepeda motor yang rusak, tapi ada nyawa manusia yang hilang. Tentu ini bukan perkara mudah. Kepala Bagian Segala Urusan sibuk menemui setiap pejabat yang berkompeten untuk dimintai sarannya, apa yang sebaiknya dilakukan. Dia juga menemui si wakil yang ada  di tempat kejadian perkara. Berbicara empat mata, Kepala Bagian Segala Urusan keluar dari ruang bosnya itu dengan muka merah padam. Oh iya sebagai informasi tambahan, Kepala Bagian Segala Urusan ini orangnya alim, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan mungkin sedikit naif. Sesampainya di ruangannya, dia memanggil anak buahnya dan menyampaikan perintah yang baru saja dia dapat dari si Wakil Walikota ini, “keluarkan mobil karena ambo butuh, yang supir silahkan diproses sesuai hukum” itu perintah Wakil kepada si Kepala Bagian Segala Urusan yang kemudian dia sampaikan ke anak buahnya. Mereka berdua terdiam terpaku untuk beberapa saat.
Tengah dalam keadaan galau, si Kepala Bagian Segala Urusan menghadap Walikota. Faizu sadar bahwa perintah yang diberikan wakilnya kepada Kapala Bagian Segala Urusan bertentangan dengan akal sehat dan hati nurani kebanyakan manusia, Faizu pun segera mengambil alih urusan itu dan memberikan perintah kepada Kepala Bagian Segala Urusan.  
Menjalankan perintah Walikota, Kepala Bagian Segala Urusan ini berangkat menuju kota tempat kecelakaan terjadi, menemui keluarga korban. Tidak disangka-sangka, ternyata keluarga korban bisa menerima itu sebagai musibah, dan tidak menuntut banyak, keluarga korban hanya minta almarhum anaknya dikekahkan dan meminta agar untuk sekali saja, si wakil walikota datang untuk meminta maaf atas kecelakaan itu secara langsung kepada mereka. Hanya itu. Pihak kepolisian pun sudah memberikan upaya agar masalah ini diselesaikan dengan cara damai, karena tidak seorangpun yang menginginkan kecelakaan dan tidak ada unsur kesengajaan di dalamnya. Namun sampai si wakil tidak sempat datang menemui keluarga korban, karena “sibuk”. Dia bahkan juga tidak sempat melihat sopirnya itu selama di kantor polisi, walau hanya untuk sekali.
 Anda tidak bisa berharap kepada kemasan seseorang, karena hatinya terkadang tidak sesuai dengan apa yang anda lihat pada umumnya. Anda khalayak ramai juga tidak bisa mengetahui kisah ini dengan bebas, karena memang tidak pernah ada yang memberitahukan kepada anda cerita yang sebenarnya. Sebelum saya lupa, sopirnya ditahan selama berbulan-bulan dan terpisah dari anaknya yang kecil-kecil, tapi saat ini sudah bebas dan sudah bekerja di salah satu hotel di Kota Padank. Satu yang saya ingat, ketika saya mengunjunginya ketika masih di sel kantor polisi, kebetulan anak-anaknya tengah berkunjung juga, dengan lugu anaknya bertanya “kenapa Ayah ndak pulang ?”, saya rasa umur anak itu baru lima tahun. Saya terpaku, terdiam dan remuk. Ayahnya hanyalah seorang korban dari seorang pejabat yang tidak tahu terima kasih, yang lebih mementingkan mobil dinasnya daripada manusia yang bekerja untuknya.
Melalui tulisan ini saya juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak kepolisian, yang pada saat itu sudah mengizinkan si supir untuk bermain bersama anaknya di halaman kantor, sehingga si anak tidak harus melihat dan bercengkrama bersama Ayahnya dengan dibatasi oleh jeruji besi. Hal yang membuat saya sadar, bahkan ternyata orang yang membawa senjata terkadang malah lebih manusiawi dibandingkan orang yang mengenakan baju koko.
Tidak usah terlalu terbawa perasaan, bisa jadi cerita ini hanya fiksi. Bisa jadi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar