Senin, 23 November 2015

Tunjukin Kebijakannya Dong... Kalau Cuma Tunjukin Foto Anak Saya Juga Bisa Kellessss...



Apa yang menjadikan pemimpin sebagai anak muda ? Atau dikenal sebagai pemimpin yang berpihak kepada anak muda ? Apakah dengan mengikuti apa saja yang dilakukan anak muda sekarang, atau lebih kepada bersifat kepada kebijakan yang memang memihak orang muda.
Saya mendapat kabar, bahwa Indonesia akan menjadi salah satu tuan rumah seri motogp tahun 2017. Di sini saya langsung memberikan sebuah apresiasi kepada Pemerintahan Presiden Jokowi melalui Kemenporanya yang berhasil melobi Dorna (penyelenggara balapan Motogp). Di luar kisruh PSSI yang belum menemukan ujung tali kusutnya, saya rasa Kemenpora kali ini layak mendapatkan aplaus yang meriah. Setidaknya dengan keberhasilan Kemenpora meyakinkan Dorna untuk menunjuk Indonesia sebagai salah satu penyelenggara seri balapan Motogp tahun 2017 telah menunjukan bahwa Indonesia sebagai negara yang memperhatikan animo generasi muda Indonesia. Bayangin aja, saya langsung sangar googling cari latar belakang Presiden Jokowi, jangan-jangan beliau ini pembalap, mantan pembalap atau pernah balapan liar di Solo sana. Hasilnya ? Nihil...
Saya langsung cerdas dan berpikir, ternyata untuk membuat sebuah kebijakan yang pro anak muda, ndak mesti ikut-ikutan latah alah anak muda toh... Saya belum pernah lihat foto Jokowi pakai wearpack dan helm balap, ataupun Jokowi lagi balapan. Tapi kebijakannya ini lho nduk... keren pisan...!!!
Ternyata memang ada perbedaan mendasar antara pemimpin dengan orang yang dipimpin. Pemimpin hendaknya bertugas mencarikan solusi dan jalan bagi orang-orang yang mereka pimpin. Bukan malah latah ikut-ikutan bersikap seperti orang yang dipimpin, tapi kebijakannya malah nihil. Amerika Serikat setiap tahun melahirkan petinju-petinju hebat, namun Obama bukanlah petinju, dia lebih memilih basket untuk olahraganya. Kenya melahirkan pelari-pelari marathon yang terkenal akan daya tahan dan staminanya, Presidennya mungkin malah tidak sanggup lari untuk satu kilometer saja. Rusia berhasil mengirim astronotnya ke luar angkasa, padahal Presiden mereka bukanlah astronot atau mantan astronot.
Hhmmm... ternyata perlu bagi kita untuk tidak salah kaprah. Banyak yang mengatakan di media sosial, “gaya merakyat, kelakuan kapitalis”, ini karena memang kita gagal paham saja. Karena kita berpikir apa yang ada di frame, itulah yang sebenarnya. Padahal tidaklah begitu. Banyak pemimpin mencoba untuk meraih simpati generasi muda dengan bertingkah ala anak muda pula (untung tidak sampai ditindik atau ditato), tapi kenyataan tidak satupun kebijakan yang berpihak kepada generasi muda. Seperti yang saya contohkan di atas, Jokowi bukan mantan pembalap Motogp, tapi kebijakan pemerintahannya bisa menghadirkan kembali Motogp ke Indonesia. Percuma rasanya jika kita sebagai pemimpin ikut membalap, sementara tidak satupun pembalap yang bisa kita bina prestasinya, juga tidak satupun trek atau sirkuit yang bisa dibangun.
Maka sudah sepantasnya kita tidak lagi melihat citra, karena kalau citra, kita mah udah sama-sama tahu, mau dibuat ala astronot lagi kongkow-kongkow di bulan juga bisa, mau dibuat lagi beraksi layaknya Steven Seagal juga bisa. Tapi apa kebijakan dan hasil dari citra yang dilihatkan seorang pemimpin itu ? Saya lebih senang punya pemimpin yang mungkin tidak bisa bawa motor, tapi mampu melihat potensi Indonesia yang menurutnya bisa melahirkan pembalap-pembalap hebat sehingga dapat mengharumkan nama bangsa. Ketimbang latah ikut-ikutan ngeber motor, tapi tidak ada ide dan pembinaan yang jelas.
Semoga kita tidak lagi salah kaprah, atau kerennya sekarang tidak lagi “gagal paham”. Karena sekali gagal paham, gagalnya lima tahun ke depan (karena periode pemilihannya sekali lima tahun, lain hal di AS sana, cuma empat tahun). Gazzz... Polllllzzzz... Bang...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar