(image:padangmedia.com) |
Hanya
dalam hitungan hari, Sumatera Barat akan menghadapi pemilihan Gubernur periode
2016-2021. Untuk kaliber pemilihan Gubernur (Pilgub), pesta demokrasi kali ini
tergolong sepi, bahkan sangat sepi. Masalahnya, ini bukanlah sebuah pesta
resepsi pernikahan yang tidak ada pengaruhnya mau sepi atau ramai, karena
bagaimanapun kondisinya baik sepi atau ramai tidak akan berpengaruh kepada sah
atau tidak sahnya akad nikah si
mempelai. Tapi ini adalah sebuah pesta demokrasi ! Satu-satunya pesta yang memberikan
masyarakat Sumatera Barat hak untuk memilih Gubernurnya, dan ini terjadi hanya
satu kali dalam lima tahun.
Untuk
sebuah pesta yang dilakukan sekali dalam lima tahun, sudah sepatutnya pesta
yang diselenggarakan itu meriah dan gegap gempita. Jika kita boleh berkaca pada
hajatan Piala Dunia ataupun Olimpiade yang dilakukan sekali dalam 4 tahun, kita
berhak merasa miris untuk sebuah pesta demokrasi yang menyangkut hak-hak azazi
masyarakat justru diselenggarakan ala kadarnya.
Banyak
faktor yang bisa menjadi penyebab kurang meriahnya pesta demokrasi Pilgub
Sumbar 2016-2021 yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015 nanti. Bisa
saja dana yang tidak memadai sehingga menyulitkan KPU sebagai penyelenggara Pilgub
untuk mensosialisasikan pesta demokrasi tertinggi di Sumatera Barat ini. Bisa
juga kesadaran politik masyarakat yang masih sangat rendah dan di bawah
rata-rata, atau bagi penganut paham teori konspirasi bisa saja mengatakan bahwa
situasi yang seperti dijelaskan di atas memang sudah “dikondisikan” atau atas
permintaan.
Namun
yang jelas, apapun yang menjadi penyebab sepinya pesta Pilgub Sumbar 2016-2021
kali ini cukup disayangkan. Tidak hanya untuk di Sumatera Barat. Akan sangat
miris jika Pilgub di daerah mana saja justru sepi dan tidak mempunyai gezah
sama sekali. Karena itulah ajang dimana masyarakat menitipkan cita-citanya
melalui pemimpin yang akan mereka pilih di saat pemilihan dilaksanakan. Tidak sedikit
masyarakat di Kota Padang yang justru tidak mengetahui mengenai pemilihan
Gubernur yang akan dilaksanakan lebih kurang satu bulan lagi saja. Tidak hanya
di pinggiran kota Padang, bahkan masyarakat yang sehari-harinya berkerja di
pusat kota pun juga tidak sedikit yang buta mengenai Pilgub kali ini.
Jika
kondisi di Kota Padang ini kita jadikan barometer, maka bukan tidak mungkin
kondisi yang lebih parah ditemui kabupaten/kota yang lebih jauh dari pusat pemerintahan
propinsi. Jika kondisi ini tidak segera diperbaiki, maka sekali lagi kita
Sumatera Barat akan menemui anti kllimaks dari demokrasi langsung yang sangat
diagung-agungkan ini, kenapa ? Karena tingkat partisipasi pemilih sekali lagi
hanya akan berkisar di angka 50% saja. Namun kali ini bukan saja karena
banyaknya masyarakat memilih golput, namun juga karena banyak masyarakat yang
tidak mengetahui adanya Pilgub kali ini, yang berarti merupakan kegagalan bagi
seluruh ornamen penyelenggara pesta demokrasi di Sumatera Barat.
Kondisi
seperti ini sebenarnya bisa diminimalisir jika baik KPU ataupun Pemerintah
Propinsi, Kabupaten dan Kota masing-masing memilliki komitmen untuk memeriahkan
pesta demokrasi sekali lima tahun ini. Khusus di Kota Padang misalnya, Kantor
KPU yang tidak berada di jalan utama juga tidak bisa memberikan informasi yang
maksimal kepada masyarakat, selain itu, hampir tidak ada kantor pemerintah di
Kota Padang yang memberikan informasi mengenai Pilgub Sumbar kali ini. Kenapa ?
Bukankah ini agenda pemerintah ? Bukankah ini salah satu proses suksesi
kepemimpinan baik dari segi politik maupun dari segi pemerintahan ? Lalu kenapa
tidak sama-sama mensukseskan dan memeriahkannya ? Namun yang jelas situasi ini,
akan menjadi topik yang menarik bagi orang-orang penggila teori konspirasi.
Wassalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar