Jumat, 13 November 2015

“KEGANASAN FAUZI” (hanya catatan biasa dari ajudan yang juga biasa-biasa saja)




Masih mengenai sosok bernama Fauzi Bahar. Kali ini saya akan bercerita mengenai suatu hal yang mungkin tidak diketahui khalayak ramai. Sebagai Walikota Padang, Fauzi Bahar dikenal keras dan tegas. Dan memang begitu adanya. Saya tidak akan mengatakan bahwa sosok ini lembut, lemah gemulai berbicara pelan bla bla bla. Tidak. Fauzi tidak demikian. Dia berbicara lugas, tegas dan apa adanya. Saking apa adanya, dia pernah menjadi sasaran hujatan di youtube. Kalau mengenang itu saya tertawa saja. Karena kurang lebih saya tahu apa yang membuatnya meledak. Saya bisa memakluminya, lagipula itu menandakan bahawa dia adalah manusia yang juga mempunyai emosi dan khilaf, bukan malaikat yang selalu benar.
Fauzi orang yang keras, namun jelas dia orang yang tahu batas. Pengalamannya sebagai instruktur pasukan elit mungkin memberikan dia perasaan yang jitu terhadap batas kemampuan anak buahnya. Hampir semua orang di Kota Padang tahu bagaimana kerasnya Fauzi. Apalagi yang pernah berkerja sama dengannya di pemerintahan. Sebagai ajudan saya juga menjalani pekerjaan saya dengan “keras” ala Fauzi itu. Lugas dan jelas, tapi yang terpenting, tidak hantam kromo.
Dari sekian banyak ajudan, saya salah satu ajudan yang paling sering berdebat dengan beliau ini. tapi perdebatan kami ya dalam konteks intelektual, bukan debat kusir. Sesekali mungkin beliau juga jengkel, tapi saya harus menyampaikan apa adanya. Tidak sedikit tamu yang melihat “amukan “ Fauzi, tapi memang saya pun mengakui setiap kemarahannya memiliki alasan yang tepat. Tapi sebagai catatan, dengan pola kerja yang keras dan tidak mengenal waktu, bisa dikatakan tidak ada ajudan yang mengumpat. Kalau dongkol-dongkol sedikit ya ada... Namanya juga manusia... hehehe... Tapi dibalik semua itu, masa “pendidikan” selalu terkenang indah ketika kita sudah menyelesaikannya. Bukankah begitu ?
Banyak hal yang bisa diceritakan dan kemudian diambil hikmahnya ketika pendidikan itu selesai. Saya sebagai seorang ASN harus mengakui, bekerja sebagai ajudan Fauzi bukanlah pekerjaan mudah, namun saya jadi memahami bahwa memang tidak mudah untuk menjadi pemimpin. Saya belajar untuk tangguh dan pantang menyerah. Sejalan dengan apa yang sering dikatakan para tetua adat “alun pai alah babaliak”. Bekerja dengan Fauzi memberikan saya pelajaran pentingnya arti sebuah usaha dan proses, soal hasil ? Itu urusan lain. Pantang gagal sebelum mencoba, dan pantang pulang sebelum padam (versi Pemadam Kebakaran), karena saya juga pernah berdinas di Pemadam Kebakaran.
Banyak orang membatasi dirinya sendiri melalui sugesti-sugestinya sendiri. Dengan Fauzi ? Anda harus bisa merobohkan satu per satu sugesti anda, karena anda akan menemukan batas baru untuk anda taklukan. Kita bisa mempraktekan ini tidak hanya dalam pekerjaan saja, bahkan dalam hidup.
Setahu saya Fauzi tidak pernah menuntu ilmu di Athena yang dikenal dunia sebagai pusat filsuf, tapi jelas bagi saya kalau Fauzi memiliki filosofi dan karakter sendiri dalam memimpin. Fauzi memberikan dan menuntut ajudannya untuk dapat berpikir kreatif dan selalu dua langkah di depannya, kenapa ? karena beliau ini sangat cepat. Sebagai ajudan, saat saya tengah mendampinginya berada di suatu tempat acara, maka saya sudah harus memikirkan dan mengkoordinasikan acara selanjutnya, selalu begitu.
Sebagai contoh, jika saya mendampinginya pada suatu acara di Bungus, dan jadwal selanjutnya adalah di Koto Tangah, maka sesampainya di Bungus, maka saya sudah harus menghubungi dan mengkoordinasikan apa-apa yang harus saya lakukan di Koto Tangah nanti. Saya harus memperkirakan semuanya, jarak tempuh, rute yang akan dilewati, apakah jam macet atau tidak dan lain sebagainya. Hal ini melatih saya untuk selalu berpikir di depan apa yang dipikirkannya ? Kenapa ? Fauzi pernah mengatakan, “tugas saya memikirkan kota ini, tugas kamu sebagai katalisatornya”. Katalisator dalam fisika dikenal sebagai zat yang mempercepat suatu proses. Jadi ajudan harus berperan sebagai unsur yang mempercepat urusan dan pemikiran sang komandan. Bukannya cuma ngekor... aja ! Buka tutup pintu, ataupun sekedar membawa tas.
Walaupun saya bukan ajudan legendaris yang dikenal banyak orang di Kota Padang, seperti ajudan-ajudan lain yang begitu melegenda, rasanya perlu bagi saya untuk membagikan “sedikit” pengalaman yang saya miliki. Mungkin kelak ada yang membutuhkan... Wassalam...

5 komentar:

  1. Siap om Ambon.. Begitu ka memanggil ajudan walikota dulu..hahahaha kawan awk pernah jadi om ambon juga..proud of u, tom

    BalasHapus
  2. Siap om Ambon.. Begitu ka memanggil ajudan walikota dulu..hahahaha kawan awk pernah jadi om ambon juga..proud of u, tom

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali...!!! Ambon !!! hehehe... I think I know who you are... terima kasih atensinya ya...

      Hapus
  3. Posko 2, melati ambon.. Bravo papa 1!!

    BalasHapus