Kamis, 29 Oktober 2015

POLITIK DAERAH (CITA-CITA YANG TERLUPAKAN, UMPATAN YANG TERLAMBAT)



Oke, sesuai dengan salah satu permintaan yang masuk ke admin, maka kali ini kita akan membahas dinamika politik di daerah. Karena admin berasal dari Sumatera Barat maka pembahasan kita kali ini mungkin lebih banyak mengenai dinamika politik di daerah Sumatera Barat.
Politik sebagai salah satu proses dalam menjalankan demokrasi yang berujung kepada kekuasaan memiliki dinamika yang tidak terbatas. Idealnya politik harus dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat dengan pengetahuan yang memadai mengenai politik itu sendiri. Dalam kondisi yang semestinya, yang harus melaksanakan pendidikan politik adalah partai politik, namun bisa dikatakan belum ada partai politik yang mampu memberikan pendidikan politik yang optimal kepada masyarakat, malah terkesan partai politik lebih mirip dengan sebuah toko yang baru buka menjelang lebaran (pilkada/pemilu). Kondisi seperti ini tentu bukanlah kondisi terbaik.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, politik hanyalah bagian dari proses demokrasi menuju kekuasaan, lebih lanjut kekuasaan akan ditentukan oleh kotak suara yang tersebar di ribuan TPS. Kotak suara inilah yang akan menentukan siapa dan dari partai apa penguasa berikutnya. Kenapa saya katakan penguasa ? Secara ringkas saya bisa katakan begini, ketahuilah selama tingkat partisipasi di setiap pesta demokrasi itu rendah, maka tidak ada cerita kekuasaan berada di tangan rakyat seperti janji manis demokrasi itu. Non sense kepada Vox Populi Vox Dei. Thomas Jefferson salah satu Presiden legendaris AS pernah mengatakan, bahwa demokrasi tidak lebih dari sebuah gaya peraturan mafia, karena pihak yang mendapatkan 51% akan mendominasi 49% lainnya.
Butuh sekolah, daya juang dan integritas yang tinggi untuk berjuang dalam politik, namun tujuan utama dari partai politik bukanlah memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, namun lebih kepada mengejar kekuasaan. Apakah anda yakin partai politik memberikan pendidikan politik kepada anda ? Jika pun ada, pendidikan politik macam apa yang diajarkan kepada anda ? bahwa dalam politik semua halal ? Kita tidak bisa menutup mata bahwa tidak banyak masyarakat yang peduli kepada politik. Setidaknya itulah yang tercermin di Sumatera Barat. Jika belajar dari Pemilihan Walikota Padang tahun 2014 lalu, maka partisipasi pemilih hanya mencapai 57 persen. Bisa anda bayangkan sendiri seperti apa jadinya itu. Separuh masyarakat menggunakan hak suaranya untuk menentukan nasib setengah masyarakat lainnya.
Kondisi seperti disebutkan di atas, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh kepada jalannya pemerintahan. Karena dengan rendahnya partisipasi pemilih, maka pemerintahan yang dihasilkan pun memilliki legitimasi yang rendah. Namun keuntungan bagi pemerintah adalah the show still go on. Mau legitimasi rendah atau tinggi pun, pemerintah akan tetap berjalan, yang jadi pertanyaan selanjutnya hanya seperti apa pemerintahan itu berjalan ?
Dibutuhkan idealisme dan pendidikan yang mumpuni untuk mempelajari cara kerja politik. Hampir di setiap pilkada kita mendengar kata-kata “fitnah”, “dizhalimi” dan “black campaign” itu salah satu bukti rendahnya pengetahuan dan idealisme kita dalam berpolitik, dan memang politisi-politisi pun tidak banyak yang memberikan contoh baik.
Hampir semua masyarakat membiacarakan politik jika telah memasuki masa Pilkada, tidak di kantor, warung bahkan di jalan, namun mereka yang bersuara lantang di warung-warung, kantor ataupun jalan-jalan malah terlambat bangun pagi untuk memberikan hak suaranya ke TPS yang telah ditentukan. Miris, namun itulah faktanya. Walhasil politik dan kekuasaan di daerah hanya untuk orang yang benar-benar menganggap politik adalah sebuah perjuangan, sebuah jihad untuk dimenangkan. Bagi sebagian besar lainnya, politik hanyalah pembicaraan warung kopi yang kemudian melahirkan umpatan kepada pemerintah yang diyakininya tidak mewakili dirinya, walaupun untuk memilih pemerintah yang akan mewakilinya pun mereka tidak sempat.
“Don’t ask what your country can give to you, but ask what you can give to your country” lebih kurang itulah kalimat legendaris yang diucapkan oleh Presiden termuda dalam sejarah AS Jhon Fitzgerald Kennedy dalam pidato pelantikannya. Jika tentara mampu memberikan nyawanya untuk bangsa ini, apa susahnya bagi kita semua untuk memberikan suara pada setiap proses demokrasi di negara ini. Setidaknya melalui suara itulah kita titipkan harapan dan cita-cita suatu daerah, bangsa dan negara ke depan. Wassalam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar