Desember
11th, 2015
Yth.
Ayahku
“Ayahku
berlayar !”
“Bravo
Papa !”
Ah...
rasanya baru kemarin saya mengucapkan kata-kata itu melalui pesawat radio yang
terpasang pada bagian bawah dashboard
camry hitam itu. Apa kabar Pak Fauzi ? Saya mengikuti sosial media, hasilnya
sepertinya sudah sama-sama kita ketahui. Saya tidak tahu persis apa yang
terjadi, tapi saya pun ikut bersedih membaca beritanya. Saya terbawa kepada
masa lalu dimana kita juga mengalami hal-hal seperti ini. Pada masa itu kami
terlihat lebih hancur dibandingkan anda sendiri, aneh. Tapi saya tahu, rasanya
anda hanya memaksa diri anda untuk terlihat seperti itu di hadapan kami. Tapi ketahuilah,
itu berhasil.
Anda
ingat ketika anda mempromosikan anak buah Yusman Kasim yang merupakan lawan
berat anda ketika pemilihan anda sebagai Walikota untuk kedua kalinya ? Pada saat
itu ada yang bertanya kepada anda, mengapa anda melakukan itu. Jawaban anda
sederhana, “kalau kamu sudah sebesar saya, maka kamu akan mengerti”. Saya rasa
Raju dan Sail masih mengingat kalimat dan peristiwa itu.
Anda
ingat ketika kita harus menghadapi kerumunan caleg dari partai yang anda
pimpin, yang menyatakan ketidakpuasannya atas hasil urutan calegnya ? Seingat
saya ada beberapa orang diantara kami saat itu. Kejadian yang cukup langka,
karena biasanya ketika saya berdinas, maka Sail dan Andre sedang beristirahat. Tapi
pada malam itu, kami semua terjaga di tempat yang sama.
Anda
ingat ketika pedagang pasar raya mendemo kita gara-gara kita mencoba mengejar
deadline pembangunan pasar raya ? Ah... Crowded
sekali saat itu. Raju hampir terkena lemparan batu, Andre bersama saya di luar
kendaraan taktis, Sail sibuk menghubungi saya menanyakan situasinya.
Anda
ingat ketika kita harus mati-matian berlari di bandara mengejar pesawat yang
sudah hampir push back ? Anda memang
harus merubah yang satu itu. Kita selalu nyaris ketinggalan pesawat. Abaikanlah
dulu beberapa kepala dinas itu ketika anda harus berangkat. Tidak satupun dari
mereka yang memberikan kabar Kota Padang akan menerima serangan nuklir.
Anda
ingat ketika kita mampir untuk makan sup dalam perjalanan menuju Solok ? Tempatnya
sangat sederhana, anak tangganya terlalu terjal, tidak terlalu ideal, tapi
harus saya akui langkah anda masih terlihat tegap layaknya pasukan.
Anda
ingat ketika ajudan dan driver yang berdinas berhalangan secara bersamaan ? Ketika
itu saya langsung mengambil alih kemudi camry hitam itu dan anda menceramahi
saya tentang buah-buahan sepanjang jalan dari A Yani sampai ke BIM, sebenarnya
dengan jarak sejauh itu, sesungguhnya anda sudah menceritakan sebuah kebun
kepada saya. Duduk di kursi ajudan saat itu, Sail, dan dia menikmati
setiap detiknya.
Anda
ingat pada hari terakhir kita bekerja bersama di Kantor Balaikota Padang ? Pada
masa itu, kantor itu belum semewah sekarang. Ruangan Walikota belumlah seperti
sekarang. Kita bekerja hingga pagi. itu hari terakhir anda sebagai Walikota
Padang. Malam itu cukup dingin dan anda mengenakan jaket putih. Saya tidak
ingat berapa orang yang menemani anda pada saat itu, tapi kalau tidak salah
selain saya ada Raju, Sail dan Andre.
Pak
Fauzi, saya punya banyak kenangan bersama anda. Bahagia dan sedih juga sudah
pernah kami lewati bersama anda. Jika belum ada yang menyampaikan ini kepada
anda, maka izinkan saya menyampaikan hal ini, Suatu Kehormatan Bisa Bekerja Bersama
Anda. Bagi saya, anda orang yang menjaga kehormatan, sehingga saya pun bisa
belajar banyak mengenai kehormatan itu dari diri anda.
Pak
Fauzi jika anda berkenan, mungkin ini waktu yang tepat untuk berhenti dari
dunia politik. Anda tidak bisa berharap banyak lagi dari politik. Tidak banyak
orang-orang seperti anda dalam politik, oleh karena itu tidak banyak yang bisa
anda jadikan sekutu. Anda tidak perlu bercerita mengenai kekecewaan anda kepada
saya. Saya bisa melihat sendiri hal itu, dan saya pun tidak akan bercerita
banyak mengenai itu dalam surat saya kali ini. Itulah kenyataannya. Saya rasa
anda juga tidak akan terlalu heran, karena saya rasa anda lebih mengenal mereka
daripada saya.
Pak
Fauzi, tidak satupun dari kami tetap menjalin silaturahmi yang baik terhadap
anda karena mengharapkan sesuatu. Jika banyak orang bersilaturahmi demi masa
depan, maka kami adalah pengecualian. Kami hanya orang-orang yang menghargai
masa lalu. Jujur saja, selepas anda melepaskan jabatan Walikota, maka kami
tidak punya urusan apa-apa terhadap anda, tapi kami bukanlah seperti manusia
kebanyakan. Setidaknya untuk hal yang satu ini, kami bukanlah orang kebanyakan.
Pak
Fauzi, menetaplah di seberang sana. Itu lebih baik untuk anda. Mungkin tiba
masanya kita akan berkumpul tidak lagi di rumah panggung itu, sementara gading
bukanlah tempat yang buruk. Saya punya banyak kenangan baik di sana. Kita bisa
berjalan keluar untuk menikmati seafood yang banyak dijajakan di pinggir jalan,
minum kopi dan bercerita banyak, baik nostalgia masa lalu, ataupun rencana masa
depan. Saya rasa inilah waktu yang tepat bagi kami semua untuk memulai
petualangan di tempat yang baru. Bukan tidak mungkin suatu saat yang menjemput
anda adalah seorang Direktur Kementerian, seorang Walikota atau seorang Wakil
Walikota. Pada saat itu, yakinlah anda akan dihargai lebih dari sekarang.
Kelak
satu per satu dari kami akan menjumpai anda di seberang sana. Pada saat itu,
kita akan menikmat secangkir kopi hangat seperti yang sering kita lakukan di
rumah panggung itu. Pada saat itu mungkin seragam kami sudah berbeda-beda, tapi
anda masih akan melihat orang yang sama. Masih Raju, Sail, Andre dan Tommy yang
dulu.
Nikmatilah
waktu tidur anda, selama sepuluh tahun anda tidak memiliki waktu tidur yang
cukup. Ingat, anda tidak semuda dulu. Salam hormat saya kepada Ibu Mutia, Iyaz,
Egi dan juga dewi penolong para ajudan, Tiara. Jagalah kesehatan anda, karena
sepertinya kami butuh waktu yang panjang untuk berhasil, dan saya yakin anda
berkeinginan melihat keberhasilan itu, persis seperti semua Ayah kebanyakan.
|
Salam hormat,
TANDEAN
|
Mantap bang (y)
BalasHapusVisite too http://teknisos.blogspot.co.id/