Selasa, 22 Desember 2015

APAKAH SAYA ANTI PKS ?



Dalam percakapan saya sehari-hari dengan salah seorang kawan dia bertanya, kenapa saya terlihat begitu antipati terhadap salah satu partai politik yang saat ini tengah berkuasa di Sumatera Barat, Partai Keadilan Sejahtera alias PKS. Partai yang dulu bernama Partai Keadilan dan kemudian bertransformasi menjadi PKS seperti yang kita kenal sekarang.
Melalui tulisan kali ini saya akan mencoba menjawab rasa penasaran kawan saya ini, dan mungkin juga beberapa orang lain yang memiliki pertanyaan sama namun hanya belum sempat menanyakan. Apakah saya anti PKS ? Tidak, sama sekali tidak. Tapi apakah saya tidak menyukai cara mereka ? Ya, sebagian besar dari mereka. Karena boleh dipercaya atau tidak, saya malah memiliki hubungan silaturahmi yang baik dengan seorang kadernya. Adalah Bapak Marfendi, yang kemarin baru saja berlaga di Pilwako Bukittinggi kalau tidak salah. Sayang beliau tidak menang.
Ada hal lucu yang masih saya ingat sampai sekarang mengenai Bapak Marfendi ini. Saya masih ingat ketika itu saya berjumpa untuk pertama kalinya dan berkenalan secara resmi di salah satu gedung BUMD di kota Padang. Sifat beliau sangat cair, tidak menganggap saya berbeda, sesat apalagi kafir, hehehe... Beliau berbicara apa adanya kepada saya dan tidak dalam bahasa yang belum saya mengerti (bahasa Arab), kami bertukar pandangan dan semuanya mengalir dalam taraf yang sangat hangat dan saling menghormati. Saking ragunya saya, saya memilih untuk bertanya langsung kepada kader PKS yang satu ini,
“Lai sabana anggota PKS Apak ko Pak ?”
“Iyo... baa tu ?” Balas beliau diiringi tawa
“Hhmmm... Alun pernah awak basobok anggota PKS nan mode Apak ko lai...” balas saya
Beliau tertawa
“Bagi ambo ndak ado nan babeda kalau bakawan ko do Tom. Sadonyo ambo pakawanan, baik PKS ataupun bukan. Malah ambo akrab samo banyak anggota Fauzi dulu mah”
“Harusnyo PKS punyo banyak anggota mode Apak ko” jawab saya serius.
Saya tidak punya kepentingan dalam menyerang atau mengkritik PKS, setidaknya saya sebagai aparatur pemerintahan dan mahasiswa ilmu politik, saya berusaha seobjektif mungkin, walaupun bisa saja bagi sebagian orang saya masih sangat jauh dari objektif. Kalau boleh membandingkan, saya lebih suka sepak terjang Mahyeldi dibandingkan Irwan Prayitno. Mahyeldi mungkin punya beberapa kelemahan, tetapi siapa yang tidak ? Namun jika dibandingkan dengan IP, Mahyeldi a little bit better. Itu pendapat saya jika melihat hasil kerja mereka berdua di pemerintahan masing-masing. Satu di Kota Padang, satu lagi di Sumatera Barat. Karena menurut saya program betonisasi jalan yang dilanjutkan oleh Mahyeldi tentu lebih bermanfaat dibandingkan album lagu rohani.
Apakah penilaian saya di atas karena saya menyukai Mahyeldi ? Tidak sama sekali ! I don’t like him. Tapi saya juga tidak akan mengatakan kalau dia tidak berbuat apa-apa. Saya tidak suka cara komunikasinya, saya tidak suka cara dia merespon suatu peristiwa, saya tidak suka sifatnya yang iddle, not a risk taker, not a problem solver, not a commander. Tapi itu pandangan saya dulu. Sekarang, bisa saja beliau ini sudah tidak seperti itu, who knows ?
Jadi saya bukanlah seorang yang anti PKS. Jika Prof. Sahetapy mengatakan ada beberapa persamaan antara PKS dengan PKI, saya menganggap itu sebagai beberapa item yang mungkin memang sama. Kalaupun ada banyak orang yang tidak saya sukai dari PKS, ya mungkin karena hanya itu kader PKS yang saya kenal, jadi itu bisa dikatakan oknum. Seperti banyak orang tidak suka kader partai politik yang lain. Namun bagi saya, ketidaksukaan saya terhadap seseorang tidak berarti saya harus menutup mata terhadap kebaikan yang dia lakukan. Tidak suka ya sudah tidak suka saja. Saya bukan penganut paham gara-gara nila setitik rusa susu sebelanga. Itu tidak fair. Mungkin saja pandangan saya ini bisa menjadi pandangan bagi anggota partai politik mana saja yang menerapkan sistem sapu jagat ketika memperoleh kekuasaan.
Pergantian Presiden PKS yang baru-baru ini seolah memberi nafas baru bagi partai ini. sejauh ini saya merasa Presiden partai mereka yang baru ini adalah sebuah pilihan yang sangat baik. Jauh dari konflik, tenang, tidak mendewakan diri dan membawa kembali arti-arti dasar perjuangan dalam Islam. Itu hanya pandangan awal saja ya, karena saya bukanlah peneliti partai politik yang satu ini.
Bagi saya pribadi, PKS adalah satu-satunya partai di Indonesia saat ini yang berhasil memberikan pendidikan dan doktrin politik yang luar biasa kepada kadernya. Terlepas dari apa materi yang mereka sampaikan, tapi setidaknya mereka berhasil membuat mesin partai mereka berjalan dengan pergerakan kader-kader yang dimulai dari mahasiswa. Partai politik lain ? Hhmmm... money talk right ? Jika soal materi yang disampaikan oleh kader-kadernya, saya pribadi juga geleng-geleng kepala, karena kebetulan pernah datang ke rumah mertua saya. Kader-kader “polos” ini kerap menyampaikan sebuah berita yang saya yakin mereka sendiri tidak tahu kebenarannya, namun demikianlah hebatnya partai yang satu ini memberikan doktrin politik kepada kadernya. Benar atau salah nanti saja, yang jelas sekarang hajar dulu, hehehe... Mungkin ini kiranya yang dijadikan bahan pertimbangan mereka.
Semoga ke depan ada partai politik lain yang mampu mengimbangi PKS dalam melakukan pendidikan dan doktrin politik, tentunya dengan materi ajar dan materi doktrin yang lebih baik dan bermartabat. Kesampingkanlah dulu rupiah-rupiah itu, karena kalau tidak, anda akan memberikan karpet merah bagi PKS untuk berkuasa untuk puluhan tahun ke depan, dimulai dari Sumatera Barat dan selanjutnya Indonesia.
Pak Marfendi, jika ada kesempatan, lain kali kita berjumpa lagi. Semoga semakin sukses di masa yang akan datang. Dan semoga lebih banyak kader PKS seperti Bapak.
Wassalam...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar