Dalam
percakapan saya sehari-hari dengan salah seorang kawan dia bertanya, kenapa
saya terlihat begitu antipati terhadap salah satu partai politik yang saat ini
tengah berkuasa di Sumatera Barat, Partai Keadilan Sejahtera alias PKS. Partai yang
dulu bernama Partai Keadilan dan kemudian bertransformasi menjadi PKS seperti
yang kita kenal sekarang.
Melalui
tulisan kali ini saya akan mencoba menjawab rasa penasaran kawan saya ini, dan
mungkin juga beberapa orang lain yang memiliki pertanyaan sama namun hanya
belum sempat menanyakan. Apakah saya anti PKS ? Tidak, sama sekali tidak. Tapi
apakah saya tidak menyukai cara mereka ? Ya, sebagian besar dari mereka. Karena
boleh dipercaya atau tidak, saya malah memiliki hubungan silaturahmi yang baik
dengan seorang kadernya. Adalah Bapak Marfendi, yang kemarin baru
saja berlaga di Pilwako Bukittinggi kalau tidak salah. Sayang beliau tidak
menang.
Ada
hal lucu yang masih saya ingat sampai sekarang mengenai Bapak Marfendi ini.
Saya masih ingat ketika itu saya berjumpa untuk pertama kalinya dan berkenalan
secara resmi di salah satu gedung BUMD di kota Padang. Sifat beliau sangat
cair, tidak menganggap saya berbeda, sesat apalagi kafir, hehehe... Beliau
berbicara apa adanya kepada saya dan tidak dalam bahasa yang belum saya
mengerti (bahasa Arab), kami bertukar pandangan dan semuanya mengalir dalam
taraf yang sangat hangat dan saling menghormati. Saking ragunya saya, saya
memilih untuk bertanya langsung kepada kader PKS yang satu ini,
“Lai sabana anggota PKS Apak
ko Pak ?”
“Iyo... baa tu ?” Balas
beliau diiringi tawa
“Hhmmm... Alun pernah awak
basobok anggota PKS nan mode Apak ko lai...” balas saya
Beliau
tertawa
“Bagi ambo ndak ado nan
babeda kalau bakawan ko do Tom. Sadonyo ambo pakawanan, baik PKS ataupun bukan.
Malah ambo akrab samo banyak anggota Fauzi dulu mah”
“Harusnyo PKS punyo banyak
anggota mode Apak ko” jawab saya serius.
Saya
tidak punya kepentingan dalam menyerang atau mengkritik PKS, setidaknya saya
sebagai aparatur pemerintahan dan mahasiswa ilmu politik, saya berusaha
seobjektif mungkin, walaupun bisa saja bagi sebagian orang saya masih sangat
jauh dari objektif. Kalau boleh membandingkan, saya lebih suka sepak terjang
Mahyeldi dibandingkan Irwan Prayitno. Mahyeldi mungkin punya beberapa
kelemahan, tetapi siapa yang tidak ? Namun jika dibandingkan dengan IP,
Mahyeldi a little bit better. Itu pendapat
saya jika melihat hasil kerja mereka berdua di pemerintahan masing-masing. Satu
di Kota Padang, satu lagi di Sumatera Barat. Karena menurut saya program
betonisasi jalan yang dilanjutkan oleh Mahyeldi tentu lebih bermanfaat dibandingkan
album lagu rohani.
Apakah
penilaian saya di atas karena saya menyukai Mahyeldi ? Tidak sama sekali ! I don’t like him. Tapi saya juga tidak
akan mengatakan kalau dia tidak berbuat apa-apa. Saya tidak suka cara
komunikasinya, saya tidak suka cara dia merespon suatu peristiwa, saya tidak
suka sifatnya yang iddle, not a risk taker, not a problem solver, not a
commander. Tapi itu pandangan saya dulu. Sekarang, bisa saja beliau ini
sudah tidak seperti itu, who knows ?
Jadi
saya bukanlah seorang yang anti PKS. Jika Prof. Sahetapy mengatakan ada
beberapa persamaan antara PKS dengan PKI, saya menganggap itu sebagai beberapa
item yang mungkin memang sama. Kalaupun ada banyak orang yang tidak saya sukai
dari PKS, ya mungkin karena hanya itu kader PKS yang saya kenal, jadi itu bisa
dikatakan oknum. Seperti banyak orang tidak suka kader partai politik yang
lain. Namun bagi saya, ketidaksukaan saya terhadap seseorang tidak berarti saya
harus menutup mata terhadap kebaikan yang dia lakukan. Tidak suka ya sudah
tidak suka saja. Saya bukan penganut paham gara-gara nila setitik rusa susu
sebelanga. Itu tidak fair. Mungkin
saja pandangan saya ini bisa menjadi pandangan bagi anggota partai politik mana
saja yang menerapkan sistem sapu jagat ketika memperoleh kekuasaan.
Pergantian
Presiden PKS yang baru-baru ini seolah memberi nafas baru bagi partai ini.
sejauh ini saya merasa Presiden partai mereka yang baru ini adalah sebuah
pilihan yang sangat baik. Jauh dari konflik, tenang, tidak mendewakan diri dan
membawa kembali arti-arti dasar perjuangan dalam Islam. Itu hanya pandangan
awal saja ya, karena saya bukanlah peneliti partai politik yang satu ini.
Bagi
saya pribadi, PKS adalah satu-satunya partai di Indonesia saat ini yang
berhasil memberikan pendidikan dan doktrin politik yang luar biasa kepada
kadernya. Terlepas dari apa materi yang mereka sampaikan, tapi setidaknya
mereka berhasil membuat mesin partai mereka berjalan dengan pergerakan
kader-kader yang dimulai dari mahasiswa. Partai politik lain ? Hhmmm... money talk right ? Jika soal
materi yang disampaikan oleh kader-kadernya, saya pribadi juga geleng-geleng
kepala, karena kebetulan pernah datang ke rumah mertua saya. Kader-kader “polos”
ini kerap menyampaikan sebuah berita yang saya yakin mereka sendiri tidak tahu
kebenarannya, namun demikianlah hebatnya partai yang satu ini memberikan
doktrin politik kepada kadernya. Benar atau salah nanti saja, yang jelas
sekarang hajar dulu, hehehe... Mungkin ini kiranya yang dijadikan bahan
pertimbangan mereka.
Semoga
ke depan ada partai politik lain yang mampu mengimbangi PKS dalam melakukan
pendidikan dan doktrin politik, tentunya dengan materi ajar dan materi doktrin
yang lebih baik dan bermartabat. Kesampingkanlah dulu rupiah-rupiah itu, karena
kalau tidak, anda akan memberikan karpet merah bagi PKS untuk berkuasa untuk puluhan tahun ke
depan, dimulai dari Sumatera Barat dan selanjutnya Indonesia.
Pak
Marfendi, jika ada kesempatan, lain kali kita berjumpa lagi. Semoga semakin sukses
di masa yang akan datang. Dan semoga lebih banyak kader PKS seperti Bapak.
Wassalam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar